Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (DiskopUMKMdagin) Ganjar Gunawan, saat diwawancarai usai rapat koordinasi bersama Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan staf lainnya, Selasa, mengatakan kenaikan harga saat terjadi karena dua faktor.
Baca juga: Pemkot Bogor bahas kenaikan harga minyak goreng dengan Bulog
Baca juga: Pemkot Bogor bahas kenaikan harga minyak goreng dengan Bulog
"Pertama karena jelang Ramadan dan Idul Fitri, dan kedua karena kasuistik," katanya.
Ganjar mengungkapkan, pada momen mendekati ibadah Bulan Suci Ramadan setiap tahun menang tidak heran ditemukan gejolak harga, meskipun berbeda-beda kasusnya.
Contoh harga pangan yang sering naik ialah harga daging sapi seperti saat ini yang bertahan Rp135.000 selama dua pekan, setelah naik sekitar 10.000 hingga Rp15.000 dari harga sebelumnya antara Rp115.000 hingga Rp125.000
Kemudian harga cabai keriting, besar dan rawit yang naik turun dengan kisaran Rp10.000 hingga Rp5.000 antara Rp45.000 hingga Rl60.000 menjadi Rp50.000 hingga Rp70.000 dan beberapa lainnya.
Namun di sisi lain tahun ini, terjadi lonjakan harga yang bersifat kasuistik yakni kenaikan harga kedelai yang memicu kenaikan harga tempe dan tahu serta kenaikan harga bahan baku minyak atau Crude Palm Oil (CPO) kelapa sawit sehingga berpengaruh terhadap harga minyak goreng.
Baca juga: Bulog buka layanan pengaduan bansos beras di Kabupaten Bogor
Baca juga: Bulog buka layanan pengaduan bansos beras di Kabupaten Bogor
Dalam hal pengendalian harga minyak goreng pemerintah telah mengeluarkan peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 6/2022, HET minyak goreng diatur dengan rincian minyak goreng curah sebesar Rp11.500 per liter, kemasan sederhana sebesar Rp13.500 per liter, dan kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter mulai berlaku pada 1 Februari 2022.
Meskipun kini realisasinya mengalami kendala distribusi untuk sampai ke pedagang di pasar.
Upaya untuk tetap memenuhi kebutuhan masyarakat, Pemerintah Kota Bogor telah mengajukan bantuan minyak goreng sesuai HET kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melaksanakan operasi pasar murah (OPM).
"Tapi kita belum diberi, mungkin nanti akan dipertimbangkan," katanya.
Selanjutnya, kata Ganjar ada pula harga kedelai yang naik di pasar internasional dan berimbas kepada daya beli produsen tempe dan tahu di dalam negeri.
Baca juga: Bupati Bogor bagikan bansos beras 6.000 ton tahap dua
Baca juga: Bupati Bogor bagikan bansos beras 6.000 ton tahap dua
Harga kedelai Impor dari penyalur Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Kopti) naik dari harga Rp10.700 per kg menjadi Rp11.500 per kg. Kondisi tersebut menyebabkan harga tempe ukuran besar 1 kg Rp13.000 menjadi Rp15.000 per kg.
Kemudian, harga tempe dan tahu mengalami penyesuaian ukuran agar harga kembali normal.
"Nah, di sisi pangan lain yang tidak kasuistik ini kita akan terus dorong ke Bulog. Lalu kita di tingkat pemkot akan rapat koordinasi untuk antisipasi atau menyikapi lonjakan harga," jelasnya.