New York (ANTARA) - Harga minyak dan komoditas lainnya melonjak sementara saham global merosot pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena Amerika Serikat mengatakan bersedia melarang impor minyak Rusia, memicu kekhawatiran investor atas inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Minyak mentah Brent, patokan internasional, sempat mencapai lebih dari 139 dolar AS per barel, level tertinggi sejak 2008. Harga nikel meroket 90 persen, emas menembus 2.000 dolar AS per ounce dan gandum melonjak ke level tertinggi 14 tahun, karena pembeli dan pedagang industri berebut di tengah gangguan pasokan terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Minyak melonjak saat Barat bahas larangan impor minyak Rusia
Imbal hasil obligasi pemerintah riil zona euro turun tajam karena lonjakan harga-harga energi memicu kekhawatiran bahwa ekonomi global berada dalam risiko stagflasi, suatu kondisi di mana harga-harga melonjak sementara pertumbuhan mandek.
Imbal hasil obligasi pemerintah Jerman 10-tahun dan 30-tahun terkait inflasi turun ke rekor terendah baru, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik sedikit setelah menyentuh level terendah dalam dua bulan.
Indeks-indeks utama Wall Street turun tajam, dengan Komposit Nasdaq mengkonfirmasi berada di pasar bearish, dan indeks STOXX 600 pan-Eropa memangkas kerugian sekitar 3,0 persen menjadi ditutup pada level terendah hampir satu tahun.