"Pada tahun 2020 dan 2021, BRI menerapkan strategi business follow stimulus. Hal ini menghasilkan pertumbuhan dua digit dari kredit mikro. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada 2022, kami optimistis akan kembali mendorong permintaan kredit sehingga tahun ini diproyeksikan pertumbuhan bisnis akan lebih baik," kata Supari.
Tidak hanya itu, BRI juga semakin memperluas jangkauannya dalam mengucurkan kredit segmen mikro. Hal ini tercermin dari jumlah nasabah pinjaman segmen mikro BRI yang melonjak 13,5 persen (yoy) dari 11,7 juta pada 2020 menjadi 13,3 juta pada 2021.
Upaya BRI menjaring segmen mikro semakin kuat berkat peran perseroan yang memimpin Holding BUMN Ultra Mikro. PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian kini terkonsolidasi bersama BRI sebagai induk untuk mengembangkan potensi di segmen ultra mikro dan mikro.
Secara konsolidasian, jumlah nasabah kredit mikro di BRI Group pada tahun lalu telah menyentuh 31,1 juta. Lebih rinci, BRI mendapat tambahan 6,6 juta nasabah dari Pegadaian dan 11,2 juta nasabah dari PNM.
"Untuk jumlah nasabah yang bank saja ada kenaikan yang tinggi, double digit juga. Ini menunjukkan pelaku usaha sudah semakin percaya diri untuk menambah modal dan memutar usahanya. Kami berharap optimisme tersebut terjaga dan terus meningkat tahun ini," kata Supari.
Langkah BRI dalam proses pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro ini pun dinilai menjadi salah satu momentum bersejarah bagi perseroan.
Analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dan Rizkia Darmawan dalam risetnya membeberkan keberhasilan aksi korporasi rights issue senilai Rp96 triliun itu menjadi bukti investor masih memupuk kepercayaan yang tinggi atas pertumbuhan bisnis BRI.