Baca juga: Mahasiswa FTUI rancang sistem pengelolaan sampah berbasis teknologi
Dosen Departemen Arsitektur FTUI dan arsitek profesional Evawani Ellisa yang juga pakar perancangan kota ini memaparkan meskipun desain shelter Narana dilombakan untuk penyediaan shelter bencana di kota-kota India, desain ini juga sangat cocok untuk digunakan di Indonesia.
Selain kesamaan iklim, masyarakat India dan Indonesia memiliki kesamaan dalam hal eratnya identifikasi individu terhadap budaya lokal. Untuk penggunaan di Indonesia, kain saree dapat digantikan dengan kain batik nusantara, yang merupakan salah satu identitas kebanggaan masyarakat Indonesia.
Mahasiswa FTUI, Gusti Ayu Putu Nadya menyatakan shelter darurat harus dapat dibangun sepraktis mungkin. "Oleh karena itu, kami memiliki ide untuk merancang shelter modular yang dibangun dengan memanfaatkan mekanisme permukaan sebagai strategi utama kami. Kami membuat desain struktur bangunan dan sistem darurat yang komprehensif untuk komunitas yang berkelanjutan," ujarnya.
Mahasiswa FTUI lainnya, Nadya Fatin Nur Rahma Sultan mengatakan kami menggunakan kain saree sebagai bagian dari desain shelter Narana. Saree telah mengakar ke dalam budaya India sejak 2800-1800 SM. Seiring waktu, setiap wilayah India telah mengembangkan gaya saree-nya sendiri.
"Kain saree merupakan salah satu benang merah yang menghubungkan identitas dan kebudayaan India secara keseluruhan. Saree lebih dari sekadar pakaian atau kain. Saree mewakili keakraban, identitas, dan rasa memiliki bagi masyarakat India," kata Nadya.
Baca juga: Mahasiswa FTUI raih "top three winner" di Pertamuda