New York (ANTARA) - Harga minyak naik mencapai tertinggi dua bulan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena pasokan ketat ketika persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, konsumen utama dunia, turun ke level terendah sejak 2018, serta dolar melemah dan kekhawatiran varian virus corona Omicron mereda.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari bertambah 1,42 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap di 82,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 95 sen atau 1,1 persen, menjadi ditutup pada 84,67 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Baca juga: Harga minyak menguat dipicu pasokan ketat, Brent dekati 84 dolar per barel
Persediaan minyak mentah AS turun 4,6 juta barel pekan lalu menjadi 413,3 juta barel, terendah sejak Oktober 2018, kata Badan Informasi Energi (EIA). Para analis memperkirakan dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,9 juta barel.
"Penarikan minyak mentah lebih besar dari yang diperkirakan meskipun ada penurunan material dalam aktivitas penyulingan," kata Matt Smith, analis minyak utama untuk Amerika di Kpler, sebuah perusahaan data.
Penurunan dolar adalah pendorong utama dari harga minyak yang lebih tinggi, bahkan melampaui dampak penarikan EIA, kata Smith dari Kpler. Greenback yang lebih lemah membuat kontrak minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga minyak naik dipicu penurunan persediaan AS dan dolar yang lebih lemah
Kamis, 13 Januari 2022 6:30 WIB