Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Banjir rob yang melanda Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, ibarat tambahan siklus musim, selain kemarau dan penghujan, bagi warga yang bermukim di wilayah itu.
Musibah rutin yang kembali datang untuk kesekian kalinya tersebut mengakibatkan aktivitas kehidupan masyarakat di pesisir utara Laut Jawa itu terganggu hingga memunculkan trauma warga setempat.
Baca juga: Antisipasi banjir, warga Muaragembong Bekasi perbaiki tanggul Citarum
Kini, banjir rob kembali menyapa ratusan permukiman warga hingga setinggi paha pria dewasa. Kondisi itu memaksa warga hanya mampu bertahan di dalam rumah tanpa bisa beraktivitas layaknya kehidupan normal.
Aktivitas melaut nelayan yang menjadi mata pencaharian sebagian besar warga terhenti. Kegiatan perniagaan, bercocok tanam, pertambakan, serta sektor usaha lain pun tidak berjalan mengakibatkan roda perekonomian praktis tak berputar.
Lantas apa yang bisa dilakukan warga di tengah kondisi seperti ini? Tak banyak sebenarnya permintaan warga, tidak juga menanti uluran bantuan dari pemerintah. Warga hanya meminta pemerintah hadir di tengah-tengah warga, bersama-sama mencari solusi penanganan yang serius agar musibah serupa tidak terulang kembali di kemudian hari.
"Ya, Allah, bang banjir dari Kamis kemarin tidak surut-surut, entar mau surut tiba-tiba tinggi lagi. Kemarin tinggi banget pas hari Sabtu sampai sepaha. Tolongin apa, bang, biar dibenerin. Bupati kita ora ada pisan (tidak ada sama sekali) ini. Dimana pemerintah, kami rakyatmu," ucap warga Kampung Muara Jaya Desa Pantai Mekar, Dalih (37), di Bekasi, Selasa.