Bandung (ANTARA) - -
Oleh: Prof. Dr. Dadang Dahlan, M.Pd.*)
Sebagaimana dimaklumi bersama, saat ini kita sedang hidup di abad 21 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang amat pesat, penuh ketidakpastian, kehidupan sosial ekonomi menjadi semakin kompleks. Dalam hal ini,kompetensi yang harus dimiliki individu dan masyarakat pada abad 21, meliputi: (1) kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan; (2) kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama; (3) kemampuan mencipta dan memperbaharui; (4) kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari; (5) kemampuan menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi; (6) kemampuan informasi dan literasi media.
Dalam kehidupan ekonomi, individu dan masyarakat menghadapi masalah kelangkaan dalam memutuskan bagaimana mengalokasikan pendapatan mereka. Masyarakat juga harus membuat pilihan, bagaimana menggunakan sumber daya yang langka. Untuk dapat melakukan pilihan secara cerdas, diperlukan literasi ekonomi dan kemampuan untuk mengambil keputusan.
James Tobin pemenang Nobel Ekonomi, menyatakan bahwa lulusan sekolah menengah akan membuat keputusan ekonomi sepanjang hidup mereka sebagai pencari nafkah, konsumen, dan sebagai warga negara. Mereka membutuhkan kemampuan untuk membuat penilaian kritis. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendidikan ekonomi untuk mendidik peserta didik agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan bisa berperan sebagai pembuat keputusan ekonomi di masyarakat. Banyak masalah ekonomi saat ini yang sedang dihadapi dapat diselesaikan jika peserta didik memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan melek ekonomi.
Dengan demikian, untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan ekonomi secara cerdas diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang merupakan proses menganalisis, merefleksi, memberikan argumen, menerapkan konsep pada situasi yang berbeda, menyusun, dan mencipta. Kemampuan berpikir tingkat tinggi juga mencakup kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis , kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan mengambil keputusan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan pedagogi ekonomi yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pedagogi yang dimaksud adalah pedagogi praktis (practical pedagogy) atau pedagogi produktif, yang kajiannya antara lain mencakup perencanaan pembelajaran; model/strategi/metode pembelajaran; evaluasi pembelajaran.
Pedagogi ekonomi ini merupakan bagian dari kajian pendidikan ekonomi (economic education) atau ilmu pendidikan ekonomi (economics education) yang fokus kajiannya terkait konten yang diajarkan, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan riset yang bertujuan untuk membuat ilmu ekonomi menjadi lebih relevan dan dapat diaplikasikan oleh peserta didik dan pendidik.
Di Indonesia terminologi keterampilan berpikir tingkat tinggi (KBTT) dikenal secara meluas sejak diberlakukannya Kurikulum 2013. Sejumlah panduan/pedoman telah dibuat untuk dijadikan acuan dalam pembelajaran dan penilaian berbasis KBTT. Namun, setelah diberlakukan kurikulum 2013, kenyataan di lapangan, menunjukan bahwa pembelajaran ekonomi di sekolah masih mengalami kendala dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (KBTT), baik dalam aktivitas pembelajarannya, maupun dalam penilaian hasil belajarnya.