Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup menguat, setelah sebelumnya sempat tertekan melonjaknya data inflasi di Amerika Serikat (AS).
Rupiah sore ini ditutup menguat 59 poin atau 0,41 persen ke posisi Rp14.219 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.278 per dolar AS.
"Pelaku pasar berspekulasi bahwa Federal Reserve akan terpaksa menaikkan tingkat suku bunga acuannya lebih cepat dari rencana akhir tahun 2022, setelah laporan inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Naiknya tingkat suku bunga acuan biasanya adalah upaya bank sentral untuk mengimbangi tingginya tingkat inflasi pada suatu negara.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian COVID-19 pada Kamis (11/11) mencapai 435 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,25 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 16 kasus sehingga totalnya mencapai 143.608 kasus.
Adapun untuk jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 470 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,1 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 9.486 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 128,15 juta orang dan vaksin dosis kedua 81,71 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.255 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.219 per dolar AS hingga Rp14.266 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menguat ke posisi Rp14.243 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.288 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah melemah namun pasar masih optimistis terhadap ekonomi Indonesia