Bandung, 17/5 (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan Gerakan Magrib Mengaji merupakan salah satu antisipasi atau upaya mencegah penyebaran faham radikalisme sejak dini.
"Gerakan Magrib Mengaji ini selain dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran faham radikalisme, juga untuk mengangkat kembali tradisi masyarakat Jabar dalam memberikan pemahaman keagamaan sejak dini," katanya, Selasa.
Ditemui di sela Touring Bermotor sejauh 54 kilomter di jalur tengah Jawa Barat yang melintas wilayah Purwakarta dan Subang, gubernur mengatakan Gerakan Magrib Mengaji merupakan salah satu tradisi religi yang saat ini mulai jarang dilakukan masyarakat.
"Dulu dengan segala keterbatasan aliran listrik, masyarakat bisa melakukannya. Sekarang kegiatan ini harus lebih maju lagi," ujarnya, usai melakukan sosialisasi Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelarangan Aktivitas Jamaah Ahmadiyah di aula kantor Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah (BKPPW) II Purwakarta.
Menurut dia, Gerakan Magrib Mengaji ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal.
"Oleh karena itu, pemerintah provinsi akan terus mengajak masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas magrib mengaji dalam upaya pemberian pemahaman keagamaan bagi keluarga," kata Heryawan.
Ketika ditanya apakah pemerintah daerah akan memberikan bantuan khusus bagi para pengajar mengaji, Gubernur Jabar mengatakan saat ini pihaknya sudah memberikan bantun keuangan, meskipun belum maksimal.
"Pada dasarnya pemerintah hanya berkewajiban memberikan bantuan untuk pendidikan formal. Program ini bisa dibangun secara gotong royong oleh masyarakat. Tetapi kami tetap akan men-support-nya," kata Heryawan.
Ia menambahkan, untuk mendukung program tersebut, perlu dilakukan pendataan kebutuhan anggaran yang lebih mencukupi, karena perlu ada bantuan insentif bagi guru mengaji.
Lebih lanjut Heryawan mengatakan bimbingan dan pembinaan dari keluarga merupakan hal penting dalam mengantisipasi penyebaran pemahaman radikalisme.
Menurut dia, ketahanan keluarga akan mampu menjaga perilaku anak dari hal-hal yang buruk karena ketahanan keluarga merupakan benteng yang sangat kuat dalam mengantisipasi terlibatnya anak-anak terjerat ajaran radikalisme.
"Mengenai pembentukan kepribadian anak, bukan menjadi tanggungjawab sekolah ataupun pemerintah saja, akan tapi yang paling utama yakni di lingkungan keluarga. Biasanya, anak-anak akan terjaga saat orangtuanya harmonis," kata gubernur Jabar.