Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi Star Energy menerapkan teknologi hijau dalam memanfaatkan energi panas bumi baik di wilayah operasi Kabupaten Sukabumi, Garut dan Bandung, Jawa Barat.
"Teknologi hijau kami terapkan di Star Energy Geothermal Salak, Kabupaten Sukabumi. Star Energy Geothermal Darajat II, Garu dan Star Energy Geothermal Wayang WIndu," kata CEO Star Energy Geothermal Grup Hendra Soetjipto Tan melalui pers rilis yang diterima Antara, pada Kamis, (30/9).
Berkat penerapan teknologi hijau di tiga aset Star Energy, perusahaan yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga panas bumi ini meraih sekaligus enam penghargaan dalam ajang Subroto Award dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Selasa, (28/9) malam.
Pencapaian ketiga aset ini merupakan bukti dari keunggulan operasi dan komitmen perusahaan dalam mengelola aspek-aspek lingkungan dan keselamatan kerja di seluruh operasi perusahaan.
Adapun penghargaan yang diraih Star Energy Geothermal Salak mendapat peringkat Aditama dengan nilai tertinggi untuk kategori Kinerja Pengendalian Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Panas Bumi, peringkat Aditama untuk kategori Kinerja Penerapan K3 dan Keteknikan Panas Bumi serta menduduki juara pertama untuk kategori Kontribusi PNBP Panas Bumi Terbesar.
Kemudian untuk, Star Energy Geothermal Darajat II meraih peringkat Aditama dengan nilai tertinggi untuk Kinerja Penerapan K3 & Keteknikan Panas Bumi dan penghargaan Aditama untuk Kinerja Pengendalian Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Panas Bumi.
Sementara Star Energy Geothermal Wayang Windu meraih penghargaan Aditama untuk kategori Kinerja Pengendalian Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Panas Bumi.
Menurut Seotjipto, perusahaannya tersebut selalu berusaha menjaga kinerja dan selalu ingin menjadi yang terdepan mengoperasikan berbagai teknologi, salah satunya dengan menggunakan teknologi terdepan untuk menimalisir dampak lingkungan..
Selain itu, keunggulan teknologi yang sedang dikembangkan pihaknya saat ini Pembangkit Binary di Salak yang dapat meminimalisasikan "footprint" di lahan konservasi karena memanfaatkan "right of way" yang sudah ada.
Lanjut dia, teknologi ini juga dapat mengekstraksi panas (hot brine), mengurangi pemanfaatan listrik untuk pemakaian sendiri dan bisa meminimalisasikan perawatan. Tentunya penerapan teknologi ramah lingkungan ini akan terus dipertahankan agar kelangsungkan sumber daya alam baik dari sisi flora dan faunanya tetap terjaga serta tidak mengganggu habitatnya.
"Salah satu yang paling membanggakan bagi kami adalah di mana Star Energy Geothermal Salak berhasil meraih juara pertama untuk kategori Kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Panas Bumi Terbesar. Ini membuktikan besarnya manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat baik dari segi pasokan listrik maupun kontribusi PNBP," tambahnya.
Informasi yang dihimpun, dari tiga lokasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang beroperasi di tiga daerah tersebut menghasilkan tenaga listrik berkekuatan 875 MW. Seotjipto dengan tegas menyebutkan Star Enegy akan terus berkomitmen untuk melakukan program restorasi dan konservasi yang melibatkan pemerintah daerah setempat dan mitra yang kompeten di bidangnya.
Disamping itu, turut memberdayakan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan operasi, pelestarian lingkungan dan manfaat sosial di semua wilayah operasinya agar lingkungan tetap terjaga dan ekonomi warga sekitar perusahaan terus meningkat.
Baca juga: Pemkab Sukabumi undang investor untuk kembangkan energi panas bumi
Baca juga: Pemkab Sukabumi bersama Star Energy kolaborasi percepat vaksinasi warga pelosok