Sumber, 15/3 (ANTARA) - Ratusan petani tebu rakyat di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, rugi akibat anomali cuaca 2010, tetapi pada 2011 mereka tetap menanam tebu karena terlanjur, kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Raykat Indonesia (APTRI) Jawa Barat Anwar Asmali.
"Sedikitnya 572 hektare lahan petani tebu rugi akibat hujan berkepanjangan tahun lalu, tetapi kini mereka tetap tanam tebu," kata Anwar Asmali kepada wartawan di Sumber, Selasa.
Dia mengatakan, petani tebu tersebut biasanya menyewa lahan sampai dua tahun. "Karena itu, kendati merugi tahun lalu, mengingat ada tebu rakat panen dua kali, maka tebu yang ada sekarang yakni tunas tebu tahun lalu dibiarkan sampai panen," katanya.
Menurut dia, ada tiga tingkatan kerugian petani tebu tersebut, pertama mendapat sisa hasil usaha (SHU) hanya cukup untuk membayar biaya operasional.
Kedua petani rugi sedang, apabila kewajiban dipenuhi termasuk sewa lahan.
Ketiga merugi berat apabila tidak mendapat SHU sama sekali. "Ratusan petani yang mengelola lahan 572 hektare itu termasuk rugi berat," katanya.
Di fihak lain, dalam penggarapan lahan tahun 2011 petani juga harus menambah biaya karena lahan rusak.
Rusaknya lahan tersebut akibat penebangan tahun lalu tidak normal. Biasanya tebu diangkut dengan truk langsung dari sawah, akibat hujan terus menerus hampir sepajang tahun 2010 terpaksa ada yang diangkut dengan perahu.
Bekas pengakutan seperti itu merusak lahan, kata dia, akibatnya petani harus mengeluarkan uang lagi.
Petani juga merugi karena rendemen gula sangat rendah yakni antara 5 dan 6, sedangkan tahun lalu rendemen gula di Cirebon antara 6 dan 7.
Sebelumnya, Kabag Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Perkebunanan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Ade Hassan mengatakan akibat anomali cuaca tersebut areal tanaman tebu rakyat di Kabupaten Cirebon tahun 2011 seluas 65.000 hektare atau turun sekitar 1.000 hektare dibanding tahun.
(T.Y003/B/s018/s018)