Jakarta (ANTARA) - Praktisi pendidikan dari Sekolah Murid Merdeka (SMM) Laksmi Mayesti mengatakan sekolah masa depan menggabungkan pembelajaran secara luring dan daring atau dikenal dengan istilah blended learning.
“Perkembangan teknologi yang pesat membuat anak semakin banyak berinteraksi dengan aktivitas daring yang cukup beragam,” ujar Laksmi di Jakarta, Ahad.
Laksmi yang merupakan Kepala Sekolah SMM tersebut menambahkan siswa selain mendapatkan pengalaman belajar secara daring juga perlu mendapatkan pengalaman belajar secara luring.
Pertemuan tatap muka secara langsung dengan guru dan siswa lainnya akan tetap menjadi kebutuhan pokok anak, yang bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan sosialnya dan kognitifnya.
Oleh karena itu, pihaknya meluncurkan beberapa pusat aktivitas (hub) di kota-kota besar sebagai bagian dari rencana SMM untuk membuka puluhan sentra di kota lainnya, sehingga para siswa bisa benar-benar merasakan pengalaman sistem belajar campuran itu.
“Sekolah perlu memberikan ruang untuk belajar secara langsung bersama fasilitator pendamping dan teman sekolah," tambah dia.
Kelas luring tersebut, perlu dilengkapi bahan ajar dan alat peraga atau praktikum yang lengkap, sehingga para siswa mendapatkan pengalaman belajar tatap muka yang lebih optimal. Pihaknya bertekad untuk memajukan pendidikan Indonesia melalui sistem belajar campuran.
“Anak mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi belajar daring secara luas sesuai minatnya, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kebutuhan dan keterampilan sosial lewat pertemuan luring dengan guru dan teman,tambah dia.
Saat ini, SMM Hub telah hadir di di sejumlah kota yakni Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi, Bogor, Semarang, Bandung, Kudus, dan Surabaya.
Pelaksanaan belajar mengajar dilakukan dengan standar protokol kesehatan. Laksmi menargetkan SMM Hub dapat dibuka di 80 kota di Indonesia pada akhir 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai standar.
Baca juga: Satgas: Kegiatan belajar mengajar di Jabodetabek masih daring
Baca juga: 170 sekolah di Kabupaten Bogor uji coba pembelajaran tatap muka