Jakarta (ANTARA) - Saat tim bola tangan yang diperkuat Konstantin Yakovlev memenangkan kejuaraan Belarus pada 2007, mereka berencana mau pergi berlibur pasca musim kompetisi. Namun mereka diminta tak ke mana-mana dulu karena menunggu tamu istimewa, Presiden Alexander Lukashenko.
Yakovlev kini berusia 36 tahun ingat bagaimana timnya harus mengenakan perlengkapan olah raga mereka dan pura-pura menggelar sesi latihan agar bisa disaksikan oleh Lukashenko.
Mereka juga diberi instruksi khusus sebelumnya mengenai bagaimana harus berbicara dengan presiden berusia 66 tahun itu.
"Kami semua ingin pergi berlibur, tapi kami malah harus menunggu si kakek, yang di sekitarnya orang-orang tua dan beberapa di antaranya berusia tiga puluhan. Kebanyakan mereka punya anak dan keluarga, dan kami harus menunggu dan melakukan semacam sirkus di depan mereka, dengan pakaian lengkap seolah-olah sedang latihan," kata dia seperti dikutip Reuters.
Mereka difoto bersama Lukashenko tetapi tidak dibolehkan menyimpan salinannya karena Lukashenko tak menyukai penampilannya dalam foto, tambah Yakovlev.
Episode itu, sambung dia, menyingkapkan potret kehidupan dunia olahraga negara itu di bawah pemerintahan Lukashenko yang menindak keras protes jalanan terhadap hasil pemilu yang disengketakan setahun silam.
Lukashenko mendukung pengembangan olahraga dalam 27 tahun berkuasa di negara bekas Uni Soviet itu. Akan tetapi atlet-atlet profesional menjadi tokoh-tokoh paling menonjol yang menentang kekuasaan Lukashenko. Beberapa di antaranya ditahan, kehilangan pekerjaan atau dikeluarkan dari tim nasional.
Kini menjadi pelatih setelah menyelesaikan karir bermainnya, Yakovlev pindah ke Ukraina pada 1 Agustus, pada pekan yang sama bersama rekan senegaranya Krystsina Tsimanouskaya yang menolak perintah tim agar meninggalkan Olimpiade Tokyo, yang kemudian berpuncak pada pelarian mereka ke Polandia.
"Tentu saja, dia sangat memandang olahraga seperti mainannya sendiri, dan mainan ini mulai melawannya, jadi mereka pun angkat bicara," kata Yakovlev dalam sebuah wawancara di Kyiv.
"Dia presiden yang tidak sah, dia kalah dalam pemilu, dan ini terlihat jelas oleh semua orang."
Yakovlev ikut melancarkan protes tahun lalu dan membubuhkan tanda tangannya ke sebuah surat terbuka yang diteken tokoh-tokoh olahraga yang menyeru pemilu diulang. Tapi dia memutuskan meninggalkan negara itu bersama ketiga anaknya yang masih kecil, setelah ditahan selama dua pekan Juni lalu atas apa yang dia sebut tuduhan palsu.
Yakovlev memiliki tato di kaki kanannya, dia pemain bernomor punggung 23 dan 34 di celana pendeknya. Nomor-nomor ini sesuai dengan 23.34, yakni pasal yang membuatnya ditahan pemerintah Belarus.
Sedang Tsimanouskaya memberontak ketika timnya memasukkan dia dalam lomba lari estafet 4x400m tanpa sepengetahuan dia.
Perselisihan dan pembelotan dia merupakan kemunduran bagi Lukashenko, setelah Belarus dicabut hak menjadi tuan rumah kejuaraan dunia hoki es tahun ini.
"Saya kira orang itu tak bisa lagi bertahan karena ketidakadilan, akibat kebodohan birokrat-birokrat Belarus," kata Yakovlev.
Lukashenko dan putranya Viktor, yang menggantikan ayahnya sebagai kepala Komite Olimpiade Nasional Belarusia, dilarang menghadiri Olimpiade oleh Komite Olimpiade Internasional.
"Kami sudah menjadi negara beracun," kata Yakovlev.