Cianjur (ANTARA) - Pengelola hotel di Cianjur, Jawa Barat, mencatat selama PPKM tingkat hunian hanya mampu maksimal 10 persen, bahkan beberapa hotel di antaranya tidak mendapatkan tamu sama sekali pada 3-20 Juli 2021.
Markom Manager Le Eminance Hotel, Rizky Sutrisna saat dihubungi, Rabu mengatakan meski okupansi selama PPKM menurun tajam, pihaknya tidak sampai meliburkan karyawan dengan berbagai upaya dilakukan untuk memangkas biaya operasional seperti menghemat energi hingga menghentikan karyawan harian.
"Kita menghentikan semua karyawan harian yang biasa merawat tanaman, room boy dan lainnya. Sedangkan tugasnya digantikan karyawan tetap yang sehari-hari masuk bekerja. Sesuai dengan aturan PPKM darurat setiap harinya hanya setengah karyawan yang masuk," katanya.
Upaya tersebut dinilai cukup efektif membuat manajemen tetap berjalan karena berbagai upaya memangkas operasional setiap harinya dapat berkurang. Sedangkan angka kunjungan tetap ada karena pihaknya memberikan berbagai pilihan bagi tamu selama menginap.
Termasuk memberikan tes cepat dan usap secara cuma-cuma, bagi tamu yang menginap lebih dari dua hari. Tidak hanya tamu, pihaknya juga memastikan seluruh karyawan sudah mendapatkan vaksinasi sebanyak dua kali dan selalu menjalani tes cepat dan usap setiap pekan.
Hal berbeda terucap dari pengelola hotel di kawasan kota Cianjur, selama PPKM darurat, mereka tidak mendapatkan tamu sama sekali, sehingga selama 17 hari, pihak manajemen terpaksa merumahkan puluhan karyawannya sebagai upaya mengurangi beban operasional.
"Sejak awal PPKM darurat, kami sudah merumahkan puluhan karyawan, sebagian besar diterapkkan sistem on call karena selama itu, tidak ada tamu yang datang. Kami berharap PPKM darurat tidak sampai diperpanjang hingga akhir bulan, karena kami bisa gulung tikar," kata Irvan Manager Hotel di Jalan Abdulan Bin Nuh Cianjur.
Sementara Ketua PHRI Cianjur, Nano Indra Praja, berharap pemerintah daerah dapat memperhatikan nasib ribuan karyawan hotel yang terpaksa dirumahkan karena pihak managemen kesulitan untuk menutupi operasional setiap harinya karena tidak ada tamu yang datang.
"Kami berharap ada perhatian pemda terhadap ribuan karyawan jasa pariwisata yang hanya mendapat upah ala kadarnya dari perusahaan tempat mereka bekerja. Perusahaan sudah tidak mampu membayar gaji full karena tidak ada tamu yang datang sedangkan operasional tinggi," katanya.
Baca juga: 30 hotel dan restoran di Garut lakukan aksi pasang bendera putih
Baca juga: Hotel berstandar CHSE lebih diminati