Jakarta (ANTARA) - Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup menguat, namun dinilai masih rawan kembali terkoreksi.
Rupiah ditutup menguat 25 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp14.403 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.428 per dolar AS.
Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, penguatan rupiah hari ini lebih didorong oleh aksi ambil untung investor terhadap dolar AS.
"Kalau dilihat ada sedikit profit taking ya di dolar AS-nya, sementara kalau dilihat dari fundamentalnya dolar AS masih relatif menguat akibat efek The Fed pekan lalu dan efek penyebaran COVID-19 di Indonesia yang booming," ujar Nikolas.
Menurut Nikolas, rupiah masih rawan untuk terkoreksi kembali terlebih dengan tren meningkatnya kasus positif COVID-19 di Tanah Air belakangan ini yang menjadi sentimen negatif bagi nilai tukar.
"Kalau saya melihat dengan kondisi seperti ini rupiah rentan melemah lagi karena penyebaran sudah mulai tinggi. Dikhawatirkan roda ekonomi melambat bukan karena pembatasan, tapi orang-orang yang menjalankan roda ekonominya yang tidak bisa bekerja," kata Nikolas.
Saat ini pasar juga tengah menantikan komentar terbaru dari Gubernur The Fed Jerome Powell di hadapan DPR AS pada pukul 1 00 WIB dini hari nanti.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.420 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.403 per dolar AS hingga Rp14.427 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menguat ke posisi Rp14.421 dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.453 per dolar AS.
Baca juga: BI: Uang beredar tumbuh 8 persen pada Mei 2021 capai Rp6.994,9 triliun
Baca juga: Kurs rupiah melemah tertekan sikap The Fed dan kenaikan kasus COVID-19
Kurs rupiah menguat namun masih rawan kembali terkoreksi
Selasa, 22 Juni 2021 17:36 WIB