Bengaluru (ANTARA) - Harga emas naik ke level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena melemahnya dolar AS dan tekanan inflasi yang meningkat mengangkat daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi.
Emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi 1.869,40 dolar AS per ounce di Asia, setelah melambung 29,5 dolar AS atau 1,6 persen menjadi ditutup pada 1.867,60 dolar AS per ounce di divisi Comex New York Exchange pada Senin (17/5/2021).
Dolar terhuyung-huyung di dekat posisi terendah multi-bulan terhadap mata uang Eropa. Greenback yang lebih lemah membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Data ekonomi baru-baru ini dari Amerika Serikat telah memicu kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan meningkatkan taruhan atas kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih awal dari perkiraan.
Presiden Federal Reserve Dallas, Robert Kaplan pada Senin (17/5/2021) menegaskan kembali pandangannya bahwa dia tidak memperkirakan suku bunga naik sampai tahun depan.
Emas cenderung mendapat keuntungan dari lingkungan suku bunga yang lebih rendah karena mengurangi biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor sekarang menunggu risalah pertemuan terakhir Fed AS, yang dijadwalkan pada Rabu (19/5/2021), untuk petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter bank sentral AS.
Sementara itu, ekonomi Jepang menyusut lebih besar dari yang diharapkan pada kuartal pertama karena peluncuran vaksin yang lambat dan kebangkitan kembali infeksi COVID-19 menghantam konsumsi.
Baca juga: Imbal hasil obligasi dan saham turun, harga emas melonjak lagi 29,5 dolar
Baca juga: Dolar dan "yield" obligasi turun, harga emas di Asia sentuh puncak 3 bulan
Baca juga: Harga emas melonjak ditopang pelemahan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Dolar melemah, harga emas di pasar Asia bertengger di tertinggi 3,5 bulan
Selasa, 18 Mei 2021 8:57 WIB