Jakarta (ANTARA) - Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan dengan adanya larangan mudik, ia mengimbau seluruh pihak untuk tidak membuat kasus aktif COVID-19 di daerah bertambah.
"Jangan sampai ada kebijakan yang nantinya membuat kasus aktif di daerah bertambah," ujar Doni dalam diskusi yang diselenggarakan Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, Rabu.
Doni menilai kondisi penanganan COVID-19 di Indonesia terkini sudah sangat baik.
Hal itu tampak dari data terkini yang dipaparkan mengenai kasus aktif yang menduduki catatan terendah sepanjang satu tahun terakhir yakni 5,88 persen. Kemudian angka kesembuhan di Indonesia mencapai rekor 91,39 persen.
Namun diakui Doni, hal yang masih kurang adalah angka kematian Indonesia akibat COVID-19 yang masih berada di atas angka kematian global.
Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo, Doni mengatakan setelan angka tersebut telah baik dan jangan sampai bertambah lagi.
Selain itu, Doni mengimbau agar terus mengikuti perkembangan di sekitar kawasan Indonesia, terutama dari beberapa negara, serta mewaspadai adanya virus COVID-19 varian baru dan peningkatan kasus di negara tetangga.
"Contohnya, kita banyak menerima kepulangan pekerja migran kita yang sudah habis masa bekerjanya. Diantara mereka tidak sedikit yang diperiksa ternyata positif COVID-19," ujar Doni.
Pengamatan tersebut, kata Doni, sudah dibuktikan dari kedatangan di berbagai bandara Internasional di Sumatera Utara kemudian di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat, serta di Jakarta dan juga di Jawa Timur.
Doni berharap semua pihak dapat lebih mewaspadai adanya varian baru virus tersebut, dan tidak boleh lengah terhadapnya.
"Kita tidak boleh kendor, protokol kesehatan adalah kunci keberhasilan bangsa kita terhindar dari ancaman COVID-19. Disiplin ,kompak, serta konsisten juga merupakan salah satu solusi bagi bangsa kita melakukan pengendalian COVID-19," pungkasnya.
Baca juga: Kemenkes deteksi 17 kasus varian baru corona di Indonesia
Baca juga: Lima kluster baru COVID-19 muncul dalam sepekan terakhir
Baca juga: Temuan corona E484K di Jakarta jadi kasus pertama Indonesia