Wakil Asisten Operasi Panglima TNI Marsekal Pertama TNI Tedi Rizalihadi menyebutkan sebanyak 10.000 prajurit bintara pembina desa (Babinsa) disiapkan untuk menjadi tenaga tracing atau pelacakan kontak kasus COVID-19.
"Target kita 10.000 prajurit Babinsa untuk bersama-sama di 7 provinsi sebagai pelopor untuk melakukan tenaga tracer," kata Marsekal Pertama TNI Tedi Rizalihadi pada konferensi pers perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mikro, di Jakarta, Sabtu.
TNI kata dia sudah melakukan pelatihan melalui kodam-kodam bagi para Babinsa yang akan menjadi tenaga pelacakan kontak kasus COVID-19.
Target TNI tidak hanya 10.000 Babinsa tersebut yang nantinya melacak kontak kasus COVID-19, tetapi lebih banyak lagi. Setiap Babinsa nantinya akan memiliki kemampuan tersebut.
"Kami ke depannya pelan-pelan sesuai dengan jumlah yang ditargetkan. Sekarang ada satu orang menangani dua desa sehingga totalnya nanti ada 31.650 Babinsa," katanya.
TNI lanjut dia juga sudah menentukan standar operasional prosedur baku yang digunakan, sehingga prajurit Babinsa dapat memahami dengan baik tugasnya sebagai tenaga tracing.
"Sehingga para Babinsa bisa memahami tugasnya sebagai tracer di lapangan, kita akan evaluasi per 3 hari," ujarnya.
Kodam lanjut Tedi juga tak luput dari evaluasi guna memastikan tugasnya memberikan pelatihan sehingga Babinsa benar-benar memiliki kemampuan untuk melakukan pelacakan kontak kasus COVID-19.
Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan TNI akan selalu berada di garis depan dalam setiap upaya menjaga negara dan bangsa dari setiap ancaman termasuk ancaman wabah penyakit seperti pandemi COVID-19.