Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan indeks harga konsumen mengalami inflasi sebesar 0,26 persen pada Januari 2021 atau melambat secara bulanan dan tahunan karena masih dibayangi pandemi COVID-19.
“Memasuki 2021 ini dampak COVID belum mereda, masih membayangi perekonomian berbagai negara termasuk Indonesia,” kata Kepala BPS Suhariyanto ketika mengumumkan perkembangan inflasi Januari 2021 secara virtual di Jakarta, Senin.
Menurut dia, secara bulanan inflasi pada Desember 2020 mencapai 0,45 persen dan secara tahunan pada Januari 2020, inflasi mencapai 0,39 persen.
Secara umum, lanjut dia, perkembangan harga berbagai komoditas pada Januari 2021 menunjukkan adanya kenaikan.
BPS mencatat perkembangan inflasi pada bulan pertama 2021 di 90 kota di Tanah Air, sebanyak 75 kota di antaranya mengalami inflasi dan 15 kota di antaranya mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat, yang baru saja tertimpa musibah gempa bumi dengan inflasi mencapai 1,43 persen karena kenaikan harga berbagai jenis ikan dan cabai rawit.
Sedangkan deflasi paling tinggi terjadi di Bau Bau, Sulawesi Tenggara, karena penurunan harga tiket angkutan udara dan penurunan harga jenis ikan.
BPS mengungkapkan berdasarkan kelompok pengeluaran, penyebab utama terjadinya inflasi pada Januari 2021 ini adalah kenaikan harga cabai rawit, ikan segar, tempe dan tahu serta tarif jalan tol.
Sedangkan penghambat inflasi adalah karena adanya penurunan tarif angkutan udara, harga telur ayam ras, dan bawang merah.
Sementara itu, menurut komponen inflasi pada Januari 2021 terjadi terutama didorong oleh harga yang bergejolak.
“Dari sisi suplai terjadi tapi permintaan masih melemah karena pandemi COVID masih dibayangi perekonomian,” katanya.
Baca juga: Kurs rupiah terkoreksi jelang pengumuman data inflasi Januari