Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyalurkan kredit mencapai Rp586,2 triliun selama 2020 atau tumbuh 5,3 persen dibandingkan 2019 yang mencapai Rp556,7 triliun di tengah kondisi perekonomian menantang akibat pandemi COVID-19.
“Penyaluran kredit di tengah pandemi memastikan fungsi intermediasi perseroan tetap berjalan,” kata Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini pada jumpa pers virtual pemaparan kinerja tahun 2020 di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kredit dari bank BUMN ini diserap segmentasi korporasi, bisnis kecil dan kredit berbasis rekening gaji atau payroll dari segmen bisnis konsumer yang memiliki risiko rendah.
Pada Desember 2020, penyaluran kredit segmen korporasi secara tahunan (yoy) meningkat 7,4 persen menjadi Rp309,7 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada segmen bisnis kecil masih tetap tumbuh sebesar 12,3 persen (yoy) menjadi Rp84,8 triliun dan kredit konsumer tumbuh 4,7 persen yoy menjadi Rp89,9 triliun pada akhir tahun lalu.
Pertumbuhan kredit segmen kecil terutama disalurkan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit konsumer sebagian besar tersalurkan dalam bentuk kredit pemilikan rumah dan kredit payroll.
Novita menjelaskan penyaluran kredit tersebut ditopang oleh akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada akhir 2020, tumbuh 10,6 persen yoy menjadi Rp679,5 triliun.
Bank BUMN ini mampu menekan biaya DPK karena perseroan meningkatkan rasio dana murah (CASA) yang akhir Desember 2020 berada pada level 68,4 persen atau naik 160 basis poin secara tahunan.
“Dampak positif dari penurunan biaya dana pihak ketiga ini diteruskan oleh bank kepada nasabah dalam bentuk penurunan suku bunga kredit,” katanya.
Sementara itu, BNI juga dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp11,9 triliun atau tumbuh 4,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, serta dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2 persen yoy.
Novita menjelaskan pendapatan non bunga dan efisiensi biaya operasional menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi.
Tujuannya, lanjut dia, untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun empat persen karena memberikan stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur terdampak pandemi serta berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp27,8 triliun pada 2020.
Bekal PPOP, ujar dia, menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan memadai dalam menghadapi tantangan perekonomian dan memberikan kekuatan untuk meminimalisasi volatilitas keuntungan perseroan.
Pada 2020, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,3 triliun disertai dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4 persen lebih besar dibandingkan tahun 2019 mencapai 133,5 persen.
Baca juga: BNI lakukan transformasi hadapi pandemi COVID-19