Bandung (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mewacanakan pemberian bantuan berupa pemasaran produk kerajinan tangan atau kriya dari para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Wacana ini muncul sebab di masa pandemi COVID-19, para pelaku UMKM cukup kesulitan untuk memasarkan produk, sehingga Pemkot Bandung ingin menyerap aspirasi dari para pelaku UMKM tersebut.
"Tadi kita diskusi menanyakan apa kesulitannya saat ini. Mudah-mudahan kalau teman-teman UMKM ini punya kesulitan, barangkali Dinas terkait bisa bantu," kata Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana di Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Menurut Yana, salah satu faktor turunnya konsumsi produk UMKM itu karena terkendala pemasaran, sehingga pengadaan pasar kreatif bisa menjadi solusi yang dikedepankan.
"Tadi disampaikan oleh Bu Teti (Owner T&T Pernique Craft) kendalanya juga pemasaran. Jadi seperti Pasar Kreatif yang digelar Dinas terkait itu sangat membantu untuk mengenalkan produk," kata Yana.
Ia juga mendorong para pelaku UMKM itu agar meningkatkan inovasi, kreasi, dan semangat produksi.
Sementara itu, salah satu pelaku UMKM Firman Hamzah mengaku kesulitan menjual produk buatannya, seperti sepatu, dompet, dan sabuk ukiran dengan cara online dari media sosial dan e-commerce.
"Kendala saat ini itu pemasaran, sepi. Kalau handcraft itu terbantu pameran untuk meningkatkan penjualan. Pas pandemi itu tidak ada (pameran) jadi menurun," kata Firman.
Pemilik UMKM Cabaco Handicraft itu mengatakan sebelum pandemi COVID-19, ia sempat memproduksi sepatu untuk dijadikan stok.
Namun ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan selama beberapa kali pada tahun 2020, produksi sepatu itu terpaksa dihentikan.
"Jadi pas itu (PSBB) kita hanya jual yang stok aja, produksi sebelum pandemi. Dari situ terasa sekali penurunan penjualan. Sehari kadang satu, bahkan kadang tidak ada," kata dia.
Selain Firman, Teti Herlina yang juga pelaku UMKM mengaku terpaksa menghentikan tiga pegawainya karena turunnya angka produksi.
Saat ini, Teti sebagai pemilik UMKM T&T Pernique Craft memutuskan untuk memanggil teman sesama pelaku UMKM untuk membantu proses produksi. Ia pun mengaku kendala utama penurunan produksi adalah minimnya sarana pemasaran.
"Karena dulu biasanya kita berkegiatan dari pameran ke pameran. Sekarang mal juga dibatasi, otomatis tidak mengadakan pameran," kata Teti.
Baca juga: Dinas Kota Bandung sebut kuliner dan fesyen mampu bertahan saat pandemi
Baca juga: Kota Bandung buka pendaftaran Banpres produktif tahap 2 untuk UMKM
Baca juga: 56 ribu UMKM Kota Bandung sedang tahap pencairan bantuan modal