New York (ANTARA) - Harga minyak sedikit bervariasi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data industri menunjukkan peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS, menghidupkan kembali kekhawatiran permintaan bahan bakar terkait pandemi, sementara harapan stimulus AS mendukung harga.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret, naik tipis dua sen menjadi menetap di 56,10 dolar AS per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret melemah 18 sen menjadi ditutup di 53,13 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan menguat selama dua hari terakhir karena ekspektasi pengeluaran bantuan COVID-19 besar-besaran di bawah Presiden AS yang baru Joe Biden.
Rabu malam (20/1/2021), data industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 2,6 juta barel selama pekan lalu, dibandingkan dengan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 1,2 juta barel.
Sementara data persediaan resmi telah ditunda dua hari hingga Jumat waktu setempat, karena libur Hari Martin Luther King Jr. pada Senin (18/1/2021) dan Hari Pelantikan Presiden pada Rabu (20/1/2021).
"Kami sedang dalam jeda sampai kami mendapatkan laporan persediaan," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago. “Pasar sedang menunggu untuk melihat apa yang akan kita lihat dalam persediaan besok dan stimulus selanjutnya.”
Di tempat lain, kepatuhan atas kesepakatan untuk memangkas produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ turun pada Desember dari November. Kepatuhan mencapai 99 persen bulan lalu, dua sumber mengatakan kepada Reuters.
Sementara itu, meningkatnya kasus Virus Corona di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menekan harga.
Beijing berencana untuk memberlakukan persyaratan pengujian virus yang ketat selama musim liburan Tahun Baru Imlek, ketika puluhan juta orang diperkirakan akan melakukan perjalanan, untuk memerangi gelombang infeksi baru yang terburuk sejak Maret 2020.
Pusat komersial Shanghai melaporkan kasus pertama yang ditularkan secara lokal dalam dua bulan pada Kamis (21/1/2021).
Dalam jangka panjang Pemerintahan Biden bisa menjadi lesu untuk minyak. Di antara tindakan pertamanya sebagai presiden, Joe Biden mengumumkan kembalinya Amerika ke perjanjian iklim Paris untuk memerangi perubahan iklim dan mencabut izin untuk proyek pipa minyak Keystone XL dari Kanada.
Pemerintah juga berkomitmen untuk mengakhiri sewa guna usaha minyak dan gas baru di tanah federal.
Pasar juga mengikuti upaya-upaya AS yang diperkirakan akan memperkuat kendala nuklir pada produsen minyak Iran melalui diplomasi. AS akan mengangkat masalah ini dalam pembicaraan awal dengan mitra dan sekutu asing, kata Gedung Putih.
Baca juga: Harga minyak naik terangkat optimisme stimulus jelang pelantikan Biden
Baca juga: Harga minyak Brent naik, optimisme ekonomi kalahkan kekhawatiran permintaan
Baca juga: Harga minyak Brent naik, optimisme ekonomi kalahkan kekhawatiran permintaan