Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu, berpotensi menguat seiring turunnya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.
Pada pukul 9.28 WIB, rupiah melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.090 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.060 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis, mengatakan pagi ini tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih terlihat menurun.
"Turunnya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tersebut membantu pelemahan nilai tukar dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup turun di kisaran 1,08 persen (13/1) dari sebelumnya yang tutup di 1,12 persen. Pagi ini imbal hasil obligasi AS masih bergerak di kisaran 1,08 persen.
Selain itu, pelaku pasar juga masih optimis terhadap rencana stimulus fiskal AS yang lebih besar di bawah pemerintahan Joe Biden. Optimisme tersebut bisa mendukung penguatan aset berisiko.
"Sentimen di atas bisa mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," kata Ariston.
Dari dalam negeri, lanjut Ariston, vaksinasi COVID-19 masih memberikan sentimen positif ke rupiah.
Vaksinasi massal di Tanah Air resmi dimulai pada Rabu (13/1) kemarin. Presiden Joko Widodo menjadi warga negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac.
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.980 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.
Pada Rabu (13/1) lalu, rupiah ditutup menguat 70 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.060 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.130 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah Kamis pagi melemah 30 poin
Baca juga: Rupiah ditutup menguat ditopang sentimen vaksinasi massal
Baca juga: Kurs rupiah berpeluang menguat seiring turunnya imbal hasil obligasi AS