Cianjur (ANTARA) - Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Cianjur, Jawa Barat, mencatat hingga saat ini perajin tahu dan tempe di Cianjur, masih menyesuaikan ukuran dan harga sebelum kembali berproduksi karena tingginya harga kedelai yang membuat mereka kebingungan karena saat produksi dipaksakan perajin akan merugi.
"Rencananya untuk ukuran tahu dan tempe akan dikurangi, sedangkan harga akan dinaikkan. Kenaikan harga menyesuaikan, masih dibahas yang idealnya di Cianjur dijual berapa. Tapi naiknya tidak akan signifikan, sekitar 20 persen dari harga normal karena ukurannya diperkecil," kata Ketua Kopti Cianjur, Hugo saat dihubungi Senin.
Dia berharap pemerintah dapat membuat kebijakan yang menjadi solusi bagi perajin tahu dan tempe, sehingga mereka tidak diberatkan dengan harga bahan baku yang mencapai Rp9.000 per kilogram, sebelumnya harga bahan baku kedelai masih diangka Rp7.000 sampai Rp8.000 per kilogram.
"Harapan kami ada solusi dari pemerintah, agar perajin tetap berproduksi dengan harga bahan baku yang tidak memberatkan. Kalau solusi bagi perajin agar tetap berproduksi hanya satu mengurangi ukuran dengan harga yang dinaikan," katanya.
Sementara hingga saat ini, tahu dan tempe masih hilang di pasaran, bahkan di sejumlah pasar tradisional lapak pedagang tahu dan tempe tutup. Tidak seorangpun pedagang yang berjualan meski mogok produsen tahu dan tempe selama tiga hari seak tanggal 1 Januari.
"Pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak 1 Januari sampai hari ini, karena produsen tahu dan tempe masih mogok berproduksi. Sehingga sebagian besar pedagang di pasar yang ada di Cianur, tidak mendapat stok karena produsen masih mogok," katanya.
Sedangkan Adi Suardi produsen tahu di Kecamatan Cianjur, mengatakan masih menyesuaikan ukuran dan harga untuk tahu yang akan diproduksi karena kenaikan harga bahan baku mencapai Rp 9000 per kilogram, membuatnya harus memutar otak agar tidak mengalami kerugian dan tidak memberatkan pembeli.
"Rencana baru malam ini, kembali berproduksi setelah menyesuaikan ukuran dan kenaikan harga jual ke pengencer. Harapan kami pemerintah dapat mencarikan solusi agar harga kedelai tidak melambung tinggi," katanya.
Baca juga: Dinas Bandung pastikan perajin tahu dan tempe kembali produksi
Baca juga: Harga melonjak, Kementan persiapkan ketersediaan kedelai lokal
Baca juga: Aksi mogok perajin tahu dan tempe se-Jabodetabek berakhir Minggu