Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terjadi 11 kali gempa bumi yang merusak sepanjang 2020.
"Sebagian besar gempa merusak, magnitudonya sekitar 5,0, bahkan beberapa diantaranya kurang dari 5,0," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan untuk menimbulkan kerusakan, magnitudo gempa tidak harus besar. Gempa dengan magnitudo sekitar 5,0 atau bahkan di bawah magnitudo 5,0 dalam berbagai kasus ternyata sudah dapat menimbulkan kerusakan jika kedalaman sumber gempanya dangkal.
Keberadaan sumber gempa sesar aktif yang jalurnya dekat dengan permukiman tentu menjadi ancaman karena akan meningkatkan bahaya dan risiko bencana gempa bumi. Kondisi tanah lunak dan struktur bangunan yang lemah dan tidak memenuhi standar tahan gempa akan memicu terjadinya kerusakan saat terjadi gempa kuat.
Daryono merinci gempa-gempa yang menimbulkan kerusakan tersebut, yaitu Gempa Simeulue 7 Januari 2020 (M 6,1) merusak beberapa rumah di Simeulue. Gempa Seram Utara 8 Februari 2020 (M 5,4) merusak beberapa rumah di Kobisonta, Seram Utara.
Gempa Kalapanunggal Sukabumi 10 Maret 2020 (M 5,1) merusak 760 rumah. Gempa Tapanuli Selatan 30 April 2020 (M 5,1) merusak dua tempat ibadah, gedung Sekolah Dasar dan empat rumah warga di Aek Libung, Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan.
Kemudian Gempa Aceh-Sabang 4 Juni 2020 (M 4,8) merusak beberapa rumah di Sabang. Gempa Maluku Utara 4 Juni 2020 (M 6,8) merusak ratusan rumah di Morotai. Gempa (doublet) Bengkulu 19 Agust 2020 (M6,6) dan (M6,7) merusak beberapa rumah di Sungai Gerong, Lebong.
Selanjutnya Gempa Talaud 9 September 2020 (M 5,7) merusak 55 rumah di Kecamatan Beo, Pulutan, dan Rainis, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Gempa Pangandaran 25 Oktober 2020 (M 5,6) merusak 29 rumah di Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut. Gempa ini dilaporkan menyebabkan tiga orang menderita luka-luka.
Serta Gempa Mamuju Tengah 28 November 2020 (M 5,3) merusak beberapa rumah di Desa Kampung Baru, Los Pasar, Mamuju Tengah dan Gempa Brebes-Kuningan 11 Desember 2020 (M 4,2) menyebabkan empat rumah rusak sedang, 19 unit rumah rusak ringan, dan dua unit fasilitas umum yaitu Puskesmas dan Gedung Posyandu di Desa Cipondok Kecamatan Cibingbin.
Mencermati rentetan peristiwa gempa merusak tersebut, jika dikaitkan dengan sumber gempanya tampak gempa yang terjadi dipicu aktifnya sumber gempa subduksi lempeng/megathrust dan sesar aktif, rinciannya lima kali gempa merusak dipicu oleh aktivitas sumber gempa subduksi lempeng yaitu Subduksi Sunda, Subduksi lempeng Laut Filipina.
Sementara ada enam kali gempa merusak dipicu aktivitas sesar aktif, yaitu Sesar Seulimeum, Sesar Angkola, Sesar Citarik, Sesar Seram Utara, Sesar Brebes, dan Sesar Mamuju.
Lebih lanjut, Daryono mengatakan, karena wilayah Indonesia memiliki banyak catatan gempa kuat dan merusak, untuk mengurangi risiko gempa, wajib hukumnya membangun bangunan tahan gempa serta mengedukasi warga bagaimana cara selamat saat terjadi gempa.
Baca juga: Sesar Ciremai penyebab gempa di Kuningan merupakan sesar aktif
Baca juga: Gempa bumi berkekuatan 3.0 magnitudo terjadi di Kabupaten Bandung
Baca juga: BMKG tambah seismograf di Subang guna tingkatkan peringatan dini gempa lokal
11 kali gempa merusak terjadi sepanjang tahun 2020
Senin, 28 Desember 2020 22:23 WIB