Solo (ANTARA) - Perhimpunan Pengusaha Biro Ibadah Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) hingga saat ini masih menunggu pengumuman dari Pemerintah Arab Saudi terkait dengan rencana dibukanya kembali ibadah umrah di masa pandemi COVID-19.
"Ini memang tahapannya dari Saudi membuka secara bertahap, 30 persen, baru nanti 70 persen. Tetapi sementara ini untuk internal dulu dan masyarakat yang sudah ada di sana," kata Ketua Perpuhi Her Suprabu di Solo, Senin.
Ia mengatakan sesuai dengan informasi yang diperolehnya, baru nanti pada awal November 2020 ibadah umrah dibuka untuk beberapa negara.
Meski demikian, pihaknya belum memperoleh informasi lebih lanjut apakah Indonesia termasuk dalam negara yang diizinkan masuk.
"Itu belum ada rilis dari Arab Saudi. Kalau Dirjen (Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, red.) sempat menyatakan tidak ada pemberangkatan (untuk tahun ini, red.), tetapi kemudian diralat bahwa ini masih menunggu informasi lebih lanjut. Untuk saat ini dibuka bertahap dulu," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, sejumlah biro perjalan umrah sudah melakukan persiapan salah satunya pendataan calon anggota jamaah umrah.
Ia mengatakan pendataan penting dilakukan untuk mengantisipasi dibukanya pemberangkatan umrah dalam waktu dekat.
"Entah bulan November, Desember, atau tahun depan kan pasti berangkat. Ini kami sudah mempersiapkan, calon jamaah yang tertunda juga sudah mulai melakukan persiapan dokumen, apakah paspor 'expired' (kedaluwarsa), harapannya agar segera diperpanjang. Sewaktu-waktu dibuka kan bisa mempersiapkan keberangkatan," katanya.
Mengenai teknis ibadah umrah selama di Arab Saudi, dikatakannya, saat ini pemerintah setempat sudah memiliki dua aplikasi, yaitu aplikasi kesehatan dan eatmarna.
Aplikasi kesehatan ini digunakan untuk memastikan calon jamaah sudah menjalani tes usap paling lama 72 jam sebelum keberangkatan.
"Hasil tes dimasukkan ke dalam aplikasi. Selanjutnya calon jamaah akan memperoleh nomor 'barcode' untuk digunakan masuk ke aplikasi eatmarna. Aplikasi ini juga digunakan untuk masuk masjid selama di sana," katanya.
Ia mengatakan aplikasi tersebut digunakan untuk mengantisipasi kerumunan mengingat pandemi COVID-19 masih terjadi di hampir seluruh negara.
"Nanti jadwalnya sudah ada di situ. Meski demikian, kami masih menunggu arahan dari pusat. Kalau harapannya ya semua bisa berangkat karena sejak Februari ada sekitar 20.000 calon anggota jamaah yang tertunda keberangkatannya," katanya.
Baca juga: Masjidil Haram sambut jamaah umrah pertama di tengah pandemi pada Minggu pagi
Baca juga: Kemenag: Saudi buka layanan ibadah umrah bertahap