Garut, 7/11 (ANTARA) - Membangun rumah berkonstruksi ramah gempa bagi penduduk korban gempa bumi 7,3 SR awal September lalu di kabupaten Garut, Jawa Barat, terkendala minimnya dana.
Terkait kepastian dari badan nasional penanggulangan bencana (BNPB), setiap rumah yang mengalami kerusakan berat mendapatkan bantuan stimulan Rp15 juta, rusak sedang Rp10 juta serta rusak ringan Rp1 juta, kata Kepala Bagian Administrasi Kesra Setda setempat H. Rahmat Widjaya, Jumat.
Sehingga nilai stimulan yang relatif kecil itu tidak cukup terlebih lagi jika untuk menangani rumah penduduk yang kondisinya rata dengan tanah, ungkapnya dihadapan 42 camat se kabupaten Garut.
Namun diingatkan agar masyarakat pemilik rumah yang mengalami kerusakan, tak sepenuhnya berharap dari pasokan dana stimulan, melainkan masing-masing bisa berpartisipasi melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan rumahnya.
Sedangkan para camat diinstruksikan selama beberapa hari dapat melaporkan verifikasi pendataan kerusakan rumah, yang sesuai dengan jumlah hasil verifikasi pihak BNPB untuk dijadikan dasar pencairan dana rekonstruksi, katanya.
Sebelumnya Menko Kesra R. Agung Laksono di Cikelet, Minggu lalu, mengingatkan BNPB agar memiliki indikator yang jelas mengenai produk verifikasi pendataannya.
Demikian pula jajaran Pemkab, Pemprov dan lembaga teknis terkait lainnya di tingkat pusat, sejak awal harus memiliki komitmen untuk bersama-sama membantu menanggulangi dampak bencana, terutama memprioritaskan kerusakan rumah penduduk yang diterjang gempa bumi tersebut.
Ditegaskan, pada kesempatan inipun diinstruksikan agar pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan rumah penduduk bisa segera diselesaikan, tinggal mencari terobosan yang efektif agar bantuan Rp1,7 triliun bagi provinsi Jawa barat dapat secepatnya dimanfaatkan, tanpa melanggar aturan, katanya.
Sementara itu Deputi bidang Rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB, Bakri Beck mengemukakan, metode verifikasi pendataan yang dilakukan pihaknya sesuai dengan kondisi Indonesia, bahkan diakui keakuratannya di seluruh dunia karena memiliki indikator internasional.
Sehingga jangan khawatir terdapat perbedaan hasil pendataan dengan Pemkab dan Satlak-PB setempat, demikian pula mengenai jumlah keanggotaan setiap kelompok masyarakat, sebagai pelaksana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah yang ramah guncangan gempa bumi.
Menyusul kebiasaaan daerah selama ini, cenderung berkeinginan cepat menyelesaikan pendataan yang umumnya dilakukan bukan oleh akhlinya, bahkan jumlah kerusakan beratnya diperbanyak, ungkap Bakri Beck.
Sedangkan dari kerusakan rumah penduduk yang tersebar pada 42 kecamatan, terdapat lima kecamatan diantaranya paling parah, terdiri kerusakan 4.123 rumah di kecamatan Cikelet, 3.783 rumah (Cibalong), 2.624 (Pamungpeuk), 5.683 (Cisompet) serta kerusakan 1.743 di kecamatan Peundeuy.
Selain itu terdapat kerusakan sarana ekonomi dan sarana umum lainnya, dengan total kerugian mencapai sekurangnya Rp752.917.838.000, katanya. ***3***
John Doddy Hidayat
(U.PK-HT/C/Y003/Y003) 06-11-2009 19:12:09
RUMAH KONSTRUKSI RAMAH GEMPA BUMI TEKENDALA DANA
Sabtu, 7 November 2009 14:00 WIB