Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Iran menyebut serangan udara militer Amerika Serikat yang menewaskan pemimpin militer Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani, sebagai tindakan biadab.
Pernyataan itu disampaikan oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad di Kedutaan Besar Iran, Jakarta, Senin (7/1).
"Pemerintah AS atau mari sebut pemerintahan Trump menggelar aksi brutal dan barbar, atau dalam Bahasa Persia, aksi itu dapat disebut sebagai biadab," kata Dubes Azad menjawab pertanyaan ANTARA.
Ia lanjut menjelaskan biadab terdiri dari dua kata "bi" yang berarti "tanpa" dan adab bermakna "kesopanan atau peradaban".
Menurut Azad, pemerintahan AS pimpinan Presiden Trump telah menggelar aksi dan perhitungan yang keliru dalam menghadapi isu radikalisme dan terorisme di kawasan Timur Tengah.
"Saya pikir pemerintahan AS pimpinan Trump telah membuat perhitungan keliru dan salah merespons isu di Timur Tengah," terang Azad.
Pasalnya, Soleimani di mata rakyat Iran merupakan pejuang sekaligus simbol perlawanan terhadap ekstremisme dan radikalisme di kawasan. "Kedatangan mendiang Soleimani untuk menghadiri undangan resmi Pemerintah Irak ke Baghdad merupakan upaya meredakan ketegangan dan menyelesaikan konflik lain di kawasan," tambah Azad.
Walaupun demikian, Azad memastikan Pemerintah Iran tetap akan menghadapi serangan militer AS dengan proporsional. "Iran adalah aktor yang rasional. Akan tetapi, kapan dan bagaimana aksi balasan itu dilakukan akan diputuskan oleh pimpinan militer tertinggi kami," jelas Azad.
Di tengah masa berkabung wafatnya Soleimani, Kedubes Iran di Jakarta membuka pintu bagi masyarakat untuk datang langsung menuliskan ucapan duka. Kegiatan itu berlangsung pada 7-8 Januari di ruang tamu Kedubes Iran, mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Baca juga: Jenderal Iran dibunuh, sentimen anti-AS makin mendunia
Baca juga: Pemain NFL Colin Kaepernick sebut AS penjajah atas pembunuhan Soleimani
Serangan militer AS ke Qassem Soleimani itu biadab
Selasa, 7 Januari 2020 16:27 WIB