Ambon (ANTARA) - Cahaya mentari baru saja menyapa bumi ketika mobil mini bus berkapasitas 15 penumpang yang membawa delapan jurnalis asal Papua Barat dan Maluku mulai bergerak meninggalkan area hotel di kawasan Senayan Jakarta, menuju Desa Ciloto di kawasan Puncak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Kamis tanggal 5 September 2019 merupakan hari kedua bagi para tamu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tersebut mengikuti program kunjungan ke Jakarta dan Ciloto.
Hari pertama sebelumnya, mereka diajak menyaksikan pameran dan konvensi ke-43 Indonesia Petroleum Association yang digelar di Jakarta Convention Center.
Acara itu menampilkan berbagai gerai perusahaan industri minyak dan gas bumi yang beroperasi di Indonesia, termasuk di dalamnya British Petroleum selaku operator LNG Tangguh di Papua Barat dan Inpex Masela, perusahaan migas Jepang di Maluku.
Bertajuk The 43rd IPA Convention and Exhibition 2019, acara itu dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan djadwalkan berlangsung hingga 6 September.
Perjalanan menuju Desa Ciloto, tepatnya di area wisata Lembah Hijau ditempuh melalui tol Jagorawi. Para kuli tinta merangkap fotografer dan juru kamera video itu dibawa ke sana untuk berkunjung dan melihat dari dekat lembaga opendidikan vokasi Petrotekno dan segenap fasilitas yang ada.
Dalam rombongan juga terdapat karyawan dari SKK Migas dan perusahaan KKKS (kontraktor kontrak Kerja Sama - Migas).
Petrotekno Technical School, demikian lembaga itu dinamakan, berdiri tahun 2007. Filosofi yang dianut adalah mengembangkan tenaga kerja lokal hingga memliki kemampuan berkelas dunia dalam operasi, pemeliharaan dan keselamatan kerja di ladang minyak dan gas bumi.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB saat rombongan tiba dan disambut langsung oleh Managing Director Petrotekno Hendra Pribadi, Skill Center Interface Manager Britrish Petroleum Dica Chandra Yuana, dan Waj Munir, seorang pengajar di lembaga tersebut.
Anak Papua
Acara kunjungan ke Petrotekno diawali dengan pembekalan singkat tentang lembaga pendidikan tersebut dan fasilitasnya yang lengkap, mulai dari ruang kelas, bengkel praktik, laboratorium komputer, small plant, area akomodasi, restoran, klinik kesehatan, area outbound, pemancingan, dan sebagainya.
Saat ini, ada 39 anak Papua usia SMA/SMK sederajat yang sedang menjalani magang di tempat itu. Mereka, umumnya berasal dari wilayah sekitar Teluk Bintuni, Teluk Berau, Fakfak, Manokwari dan Sorong, diharapkan dapat menyelesaikan program itu dalam tiga tahun dan siap bekerja di Lapangan Tangguh.
Mereka adalah bagian 120 peserta magang yang terbagi menjadi tiga angkatan sejak penyaringan pertama dilakukan pada 2016. Proses seleksi dilakukan oleh konsultan independen sehingga hasilnya bisa dipastikan bukan produk kongkalikong.
Program pemagangan itu wujud dari komitmen mengembangkan tenaga kerja lokal di Papua Barat yang selaras dengan komitmen Amdal, yakni 85 persen tenaga kerja asal Papua di Tangguh LNG pada 2019.
Menurut Dica, selain pendidikan dan pelatihan bidang teknik operasi, mekanik dan kelistrikan, lembaga itu juga memberikan pelajaran matematika, fisika, kimia, dan bahasa Inggris sesuai tuntutan filosofi membangun tenaga kerja lokal dengan kemampuan berkelas dunia.
"Pendidikan matematika, fisika, kimia dan bahasa Inggris mereka saat di sekolah kurang memadai sehingga diberikan peningkatan di sini. Enam bulan pertama mereka diberikan kursus bahasa Inggris dan bahkan wajib berbahasa Inggris pada waktu dan area tertentu," katanya.
Berkelas Dunia
Usai pembekalan yang berlangsung sekitar 30 menit, para wartawan diajak mengunjungi bengkel kerja dimana para peserta magang sedang melakukan kegiatan pelatihan.
Ada tiga peserta magang disiapkan sebagai pemandu (guide), dua laki-laki, satu perempuan, dan ketiganya mampu dan cukup fasih berbicara dalam bahasa Inggris saat memberi penjelasan tentang aturan keselamatan di lingkungan kerjanya hingga aktivitas mereka.
Tim, demikian sapaan akrab pemandu pertama, mengaku pernah kuliah di Jakarta tetapi tidak selesai. Ia kemudian membaca pengumuman program pemagangan Tangguh LNG dan mendaftar hingga mengikuti seleksi dan diterima.
"Saya sudah dua tahun di sini," katanya.
Tim dan dua rekannya tampaknya paling menonjol dalam berbahasa Inggris, terbukti mereka mampu menjelaskan tentang bengkel dan peralatan kerja serta aktivitas dengan Bahasa Inggris yang dilakukan secara lancar.
Pada pokoknya ada empat bidang vokasi yang diberikan kepada para peserta magang, yakni produksi, mekanik, instrumen (peralatan) dan elektrik (kelistrikan). Namun menurut data dari LNG Tangguh, kelompok Tim dan kawan-kawan terbagi dalam kelompok pelatihan mekanik (19 orang), instrumen (12) dan kelistrikan (8).
Dalam latihan, mereka dibimbing oleh sekitar 10 instruktur yang berasal dari dalam dan luar negeri. Instruktur asing, setidaknya terlihat dari warna rambut pirang dan tidak mampu berbahasa Indonesia.
Menurut Waj Munir, semua instruktur di Petrotekno memiliki pengalaman kerja cukup lama di industri migas dan rata-rata ahli di bidangnya.
"Semua instruktur yang masuk di sini juga memiliki sertifikasi dari Global Vocational Qualification di London, Inggris. Tanpa sertifikasi dari GVQ, mereka tidak bisa mengajar atau menjadi pelatih atau bekerja di sini dan dimana pun juga," katanya.
Tim dan kawan-kawan sudah menjalani magang di Petrotekno selama dua tahun, dan tidak lama lagi mereka yang dinyatakan lulus juga akan mendapatkan sertifikat dari GVQ dan bisa bekerja di Tangguh LNG maupun perusahaan serupa lain baik di Indonesia maupun luar negeri.
Sebagai anak Papua, tentu saja bumi Cendrawasih menantikan kehadiran dan kontribusi mereka, setelah tiga tahun digembleng untuk memiliki ketrampilan berkelas dunia di bidang industri minyak dan gas bumi.
Anak muda Papua itu digembleng keahlian migas di Ciloto
Minggu, 8 September 2019 14:33 WIB