Cianjur (ANTARA) - Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Holtikultura Cianjur, Jawa Barat, mencatat sepanjang kemarau menyebabkan 4.001 hektare lahan pertanian padi terdampak, bahkan 1.283 hektare mengalami puso, sehingga total kerugian pertani diperkirakan mencapai puluhan miliar.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Cianjur, Henny Iriani Winata pada wartawan di Cianjur, Kamis, mengatakan berbagai upaya tengah dilakukan untuk menekan dampak akibat kekeringan yang terjadi, agar tanaman petani dapat terselamatkan
"Kekeringan yang terjadi pada musim kemarau melanda seluruh kecamatan di Cianjur terutama di wilayah selatan. Meskipun dinas sudah mengimbau petani untuk melakukan pola tanam yang dianjurkan," katanya.
Berdasarkan laporan, jumlah lahan yang terdampak kekeringan mencapai 4.001 hektar terbagi dalam tiga kategori ringan 931 hektare, 947 hektar sedang dan berat 840 hektare dan puso 1.283 hektar.
Untuk kategori ringan dan sedang, tutur dia kemungkinan besar masih dapat terselamatkan jika segera mendapatkan pasokan air, sedangkan kategori berat kemungkinan mengalami puso.
Jumlah produksi padi di lahan yang puso mencapai 14.557,42 ton, dengan rincian dalam satu hektar lahan menghasilkan padi sebanyak 5,51 ton.
"Jumlah produksi padi yang hilang cukup besar sebagai dampak dari kekeringan yang berakibat tanaman padi puso atau gagal panen," katanya.
"Besarnya lahan pertanian yang puso dipastikan merugikan petani. Mereka terancam kehilangan penghasilan dalam satu musim jika masih terus terjadi kekeringan," katanya.
Jika dihitung potensi kerugian mencapai sekitar Rp69,87 miliar dengan asumsi harga padi per ton Rp4.800.000.
Sehingga pihaknya mengimbau petani, untuk meminimalisir kerugian di musim kemarau dengan menanam palawija.
Musim kemarau, 1.283 hektare lahan pertanian puso di Cianjur
Jumat, 30 Agustus 2019 11:00 WIB