Cianjur (ANTARA) - Lahan pertanian seluas 180 hektare di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, Jawa Barat, terancam gagal panen total karena mengalami kekeringan, bahkan 70 persen diantaranya sudah mengalami gagal panen atau puso.
"Pemerintah desa berencana akan membangun saluran irigasi dan embung untuk meminimalisir dampak kekeringan," kata Sekretaris Desa Cihaur, Ali Nurdin saat dihubungi di Cianjur, Kamis.
Ia menjelaskan, sejak musim kemarau, sumber air di wilayah tersebut mulai mengering, hingga akhir Juli, sumber air sudah tidak mengalir ke lahan pertanian hingga ke sungai yang mengalir ke kolam warga.
"Sumber air utama warga dari sungai sudah mengering, sehingga lahan tidak dapat terairi, akibatnya banyak lahan yang mengalami kekeringan dan gagal panen," katanya.
Meskipun masih ada tanaman padi yang tumbuh dan memungkinkan untuk tetap dipanen, ungkap dia, hal itu hanya sekitar 30 persen dalam kondisi tidak seutuhnya.
"Tidak hanya lahan pertanian padi, kawasan pertanian pohon pisang pun mengalami dampak kekeringan. Ini membuat pertumbuhan daun pisang yang menjadi komoditas unggulan daerah tersebut menjadi terhambat dan produksinya menurun," katanya.
Ia menjelaskan, biasanya sebulan sekali daun pisang dapat diambil daunnya atau dipanen, namun sejak musim kemarau, baru dua bulan daun dapat dipanen dengan kualitas menurun.
"Saat ini pemerintah desa tengah mengupayakan pembangunan saluran pipa untuk dialirkan ke embung. Diharapkan air yang diambil dari sumber air yang masih tersedia dapat meminimalisir kekeringan tahun ini," katanya.
Ia menjelaskan, saat ini pihaknya tengah membangun saluran air di Kampung Tangkolo-Harikukun sepanjang 1.500 meter dengan harapan dapat menyalurkan air ke area pesawahan dan perkampungan warga.
"kami berharap Pemkab Cianjur memberikan bantuan air bersih untuk keperluan warga sehari-hari serta untuk jangka panjangnya dibuatkan sumur bor. Sedikitnya harus dada ada empat sumur bor yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dan warga," katanya.