SLB itu memiliki tanah dan rumah seluas 218 meter persegi, dan sebenarnya adalah rumah warisannya yang kemudian diubah menjadi sekolah bagi para anak penyandang disabilitas.
Selama 16 tahun, mereka berjuang terus menjalankan sekolah disabilitas ini dalam keadaan bagaimana pun karena didasari tidak adanya SLB di Kecamatan Caringin .
“Perlu kita ketahui bahwa anak disabilitas ini punya kekurangan tetapi kekurangan ini bukan atas keinginannya tetapi karena Allah, dan saya mendirikan yayasan ini bukan karena saya seorang yang kaya tetapi ini atas keprihatinan, atas rasa empati saya terhadap mereka karena mereka membutuhkan tempat untuk sekolah untuk menuntut ilmu demi masa depannya," ungkap Tatang saat ditemui beberapa waktu lalu.
Perjuangan Tatang sangat tidak mudah, menurutnya, karena faktor utamanya banyak orang tua anak penyandang disabilitas malu untuk menyekolahkan anaknya. Tapi Tatang terus berikhtiar untuk terus memberikan penjelasan kepada orang tua anak disabilitas dan semangat mengajari dengan murid yang ada.
Selain mendapatkan bantuan dari dana BOS (Batuan Operasional Sekolah), SLB ini mendapatkan SPP dari wali murid seadanya, tergantung kemampuan. Biaya SPP dimulai dari Rp20.000 hingga Rp50.000 per bulannya.
Menurut Tatang, orang tua murid di sekolah ini kebanyakan masyarakat yang tidak mampu. Namun hal itu tidak membuat Tatang putus asa, sebalin yua terus berikhtiar untuk terus menjalankan dan memajukan SLB ini.
Meski dengan ruang yang terbatas, Tatang berupaya untuk menyediakan fasilitas semaksimal mungkin. Cita-cita Tatang sangat besar untuk mewujudkan SLB ini menjadi sekolah yang ideal seperti sekolah lainnya lengkap dengan fasilitas masjid dan asrama.