Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan setiap korban bencana alam yang mendapat rekomendasi untuk direlokasi tempat tinggalnya tetap memiliki hak atas tanah dan bangunan sebelum itu.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa kepastian telah dilaksanakan terhadap sejumlah korban bencana alam sebelumnya yang diberikan sesuai dengan ketentuan perundangan agraria yang berlaku.
Berdasarkan catatan BNPB pelaksanaan kepastian hak atas tanah itu di antaranya dialami korban erupsi Gunung Semeru Jawa Timur dan 13 keluarga korban gempa bumi magnitudo 5,6 di Desa Murnisari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada 2022.
Dia menjelaskan relokasi tempat tinggal bagi korban bencana alam dilakukan atas dasar menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat, karena mereka tidak mungkin bermukim di tempat yang sama mengingat bencana alam itu peristiwa yang berulang sehingga rawan menjadi korban lagi.
Pada 2024, BNPB merekomendasikan untuk dilakukan relokasi tempat tinggal bagi korban bencana alam, seperti korban banjir disertai tanah longsor di Sumatera Barat (Kabupaten Pesisir Selatan) dan Jawa Barat (Kabupaten Bandung), korban letusan gunung berapi di Pulau Ruang Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
Setelah mendapat rekomendasi relokasi ada beberapa ketentuan terkait dengan rehabilitasi dan rekonstruksi bagi korban bencana alam itu.
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansyah mengatakan syarat itu berupa data jumlah kerusakan yang ditimbulkan perlu dirinci sesuai ketentuan yang berlaku dalam Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana (R3P).