Jalur utama kawasan Puncak antara Cianjur dan Bogor pada setiap akhir pekan kembali identik dengan kemacetan seiring tingginya volume kendaraan dari luar kota dan mulai melandainya penyebaran virus COVID-19 di Tanah Air.
Antrean kendaraan terjebak kemacetan hingga berjam-jam menjadi pemandangan biasa ketika libur panjang atau libur nasional. Untuk menempuh jarak 1 kilometer, pengendara membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Kondisi ribuan kendaraan terjebak kemacetan hingga puluhan kilometer menjadi rejeki tersendiri bagi pedagang asongan hingga pemilik warung pinggir jalan saat itu.
Namun ketika virus corona mulai menyebar pada Maret 2020, dan terjadi pandemi sehingga pemerintah memberlakukan pembatasan sosial yang berlanjut dengan PPKM darurat hinga PPKM berlevel, maka mobilitas warga, kendaraan serta pembukaan wisata dan hotel dibatasi, dampaknya terasa dengan hadirnya jalan lengang dan sepinya mobilitas warga.
Perekonomian di kawasan Puncak terus terpuruk, bahkan pelaku usaha terutama karyawan tempat wisata, hotel dan restoran banyak yang dirumahkan karena sepinya wisatawan yang datang, sedangkan biaya operasional tetap harus dikeluarkan.
Tercatat ribuan karyawan dari berbagai sektor wisata, terpaksa hanya menerima upah semampunya dari pihak perusahaan, bahkan ada yang tidak dibayar karena tidak bekerja. Tidak hanya itu, roda perekonomian tersendat, dimana suplier sayur mayur tidak dapat mengantarkan pesanan tepat waktu.
Baru setelah masuk PPKM level 3 pada awal September 2021, mulai ada sejumlah kelonggaran diberikan untuk Cianjur dan kawasan Puncak. Pemerintah Kabupaten Cianjur terus berupaya untuk menekan angka penularan termasuk digencarkan vaksinasi untuk masyarakat, pada akhirnya dapat masuk PPKM level 2 hingga kini.
Sejumlah tempat wisata, mall dan pusat keramaian dapat kembali dibuka dengan berbagai persyaratan ketat. Tak disangka, pelonggaran yang masih sedikit itu telah membuka "keran" hadirnya banyak kendaraan dari luar kota yang ingin ke kawasan Puncak, yang menimbulkan kemacetan kendaraan seperti kemacetan sebelum pandemi COVID-19.
Bahkan kemacetan di jalur utama Puncak, kembali terjadi tidak hanya akhir pekan, saat hari kerja antrean panjang kembali menjadi pemandangan biasa di jalur tersebut. Ada euforia pada masyarakat yang merasa bebas, tetapi justru menimbulkan kekhawatiran terjadinya gelombang penularan virus COVID-19 kembali.
Melihat kondisi tersebut insiatif Forkompimda menerapkan rekayasa lalu lintas kendaraan ganjil genap sebagai upaya menekan mobilitas warga dan kendaraan melintas di Jalur Cianjur-Puncak-Bogor.
Walaupun ganjil genap diberlakukan tanpa sanksi, hanya pemutarbalikan kendaraan, telah membuat pengguna jalan terutama pendatang dari Jabodetabek dan daerah lainnya, mulai mengerti dan kepadatan yang biasa terjadi di jalur utama Cianjur, tidak terlihat lagi hingga satu bulan terakhir ini.
Dampak penerapan ganjil genap, maka mobilitas kendaraan dapat ditekan, namun tetap mampu mendorong perekonomian di sebagian besar wilayah Cianjur, untuk kembali mengeliat.
Mengutip PHRI Cianjur, tingkat kunjungan terutama hunian hotel yang sempat terjun bebas di angka 20 persen paling tinggi, kembali meningkat sejak satu bulan terakhir mencapai 70 persen.
Bahkan pengelola hotel mengakui penerapan ganjil genap, membuat jadwal menginap tamu yang datang bertambah hari karena kendaraan yang mereka gunakan bernopol genap, sedangkan hari chek out sedang berlaku ganjil di jalur Puncak-Bogor.
Markom Manager Le Eminence Hotel Riski Sutrisna, mengatakan sejak diterapkannya sistem ganjil genap di jalur Puncak, membuat angka kunjungan meningkat hingga 70 persen sesuai dengan aturan pemerintah bagi wilayah dengan PPKM level 2. Tamu yang menggunakan kendaraan bernopol ganjil atau genap, menambah jadwal menginap karena tidak mau melanggar aturan yang berlaku saat itu.
"Penerapan ganjil genap menguntungkan perekonomian, meski tidak dikenakan sanksi sebagian besar pengendara sudah faham dan mematuhi aturan. Sehingga jadwal menginap ditambah karena saat penerapan ganjil, kendaraan mereka genap dan kembali memperpanjang jadwal menginap," katanya.
Pihaknya berharap ganjil genap menjadi solusi kemacetan yang terjadi di jalur Puncak, sehingga pendatang dari berbagai daerah tidak harus berlama-lama untuk dapat sampai ke kawasan Puncak-Cianjur karena mobilitas kendaraan dapat dibatasi.
Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan, mengatakan penerapan ganjil genap di jalur Puncak-Bogor, merupakan upaya yang sangat efektif dalam menekan mobilitas kendaraan dari luar kota menuju Puncak-Cianjur.
Meski pekan pertama penerapan sempat terjadi antrean panjang yang terjadi di wilayah Bogor hingga Puncak Pass-Cipanas. Namun memasuki pekan keempat, arus lalulintas di sepanjang jalur tersebut, ramai lancar dan hanya di beberapa titik laju kendaraan tersendat.
"Kita berharap ganjil genap bisa dipermanenkan, sebagai solusi kemacetan di jalur Puncak, termasuk dengan sanksi, sehingga bagi pelanggar dapat dikenakan sanksi tegas atau tilang. Penerapan ganjil genap dapat memperlancar wisatawan untuk sampai ke kawasan Puncak-Cianjur," katanya.
Pemkab Cianjur, Jawa Barat mendukung penerapan ganjil genap secara permanen di jalur Puncak, karena dinilai dapat menguntungkan Cianjur dalam segi pemulihan ekonomi karena angka kunjungan wisatawan dapat meningkat, tanpa harus terjebak antrean panjang.
Bupati Cianjur Herman Suherman, mendorong penerapan ganjil genap dipermanenkan Menteri Perhubungan dan kementerian terkait, sebagai upaya pemulihan ekonomi uyang terpuruk selama pandemi dan solusi macet di jalur Puncak.
Sebelum PPKM diterapkan, jalur Puncak masih tetap macet baik hari kerja atau libur akhir pekan. Setelah penerapan ganjil genap, tidak ada antrean panjang di sepanjang jalur Puncak, sehingga wisatawan dapat dengan mudah sampai ke Puncak-Cianjur.
Saat pertemuan antara Forkopimda Cianjur dan Bogor disepakati penerapan ganjil genap secara permanen yang selanjutnya akan ditetapkan aturan oleh Kemenhub, dimana aturannya tetap sama hanya berlaku untuk kendaraan dari luar kota.
Khusus untuk warga yang berdomisili di Cianjur dan Bogor dikecualikan dengan syarat cukup menunjukan KTP, termasuk ambulance, mobil dinas, mobil ekspedisi dan lain-lain tetap dapat melintas di jalur Puncak.
"Dibandingkan dengan one way atau satu arah, dari analisa beberapa waktu terakhir cukup efektif. Cianjur akan diuntungkan karena wisatawan dari berbagai wilayah dapat dengan mudah sampai ke Puncak-Cianjur, tanpa terjebak sistem satu arah," katanya.
Putus rantai kemacetan
Satu bulan penerapan ganjil genap yang dilakukan setiap akhir pekan di jalur Puncak-Bogor-Cianjur, dinilai efektif memutus macet total yang sudah menjadi pemandangan biasa, di mana pendatang dengan tujuan wisata ke kawasan Cipanas, dapat dengan cepat untuk sampai ke tujuan.
Biasanya pendatang dari Jabodetabek membutuhkan waktu hingga berjam-jam untuk sampai ke obyek wisata yang ada di kawasan Cipanas seperti Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara, karena harus terjebak macet mulai dari keluar pintu Tol Ciawi.
Tingginya volume kendaraan pendatang dari arah Bogor tersebut, membuat petugas kepolisian dari dua wilayah Cianjur dan Bogor, melakukan berbagai rekayasa arus saat libur akhir pekan dan libur nasional karena macet total dipastikan selalu terjadi.
Sehingga target pendatang atau wisatawan untuk menghabiskan libur di kawasan Puncak-Cipanas, hanya berlangsung singkat karena harus mengejar penerapan sistem satu arah diberlakukan, agar tidak tidak kembali terjebak antrran panjang saat pulang.
Namun setelah penerapan ganjil genap diberlakukan, meski belum secara permanen, menjadi solusi bagi pendatang untuk sampai tepat waktu di obyek wisata yang dituju, tanpa harus terjebak dalam antrian saat pergi atau pulang, sehingga mereka dapat berlama-lama menikmati liburan.
Efektifnya ganjil genap yang diterapkan, dapat mengembalikan angka kunjungan yang cukup tinggi ke berbagai obyek wisata, hotel dan restoran yang nyaris gulung tikar karena sepinya wisatawan yang datang terutama saat pembatasan sosial diberlakukan untuk menekan angka penularan COVID-19.
Tidak hanya dirasakan wisatawan, pengusaha berbagai bidang termasuk suplier sayur mayur untuk pasar tradisional dan modern di Jabodetabek, merasakan manfaat dari penerapan ganjil genap, dimana mereka dapat menyesuaikan jadwal pengiriman agar tepat waktu.
Juga sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah merealisasikan pembangunan jalur Puncak II, sebagai solusi terbaik mengantisipasi kemacetan yang terjadi di jalur Puncak saat ini, dan selain itu dapat digunakan sebagai jalur distribusi produksi pangan dan kriya lainnya dari dan ke wilayah Cianjur-Bogor-Sukabumi dan sekitarnya.
Jadi dimulai dari penerapan ganjil genap saat ini kemudian dilanjutkan pembangunan jalur Puncak II, pemulihan ekonomi pasti bakal terjadi secara akseleratif bersama masa endemi.
Baca juga: Jalur Puncak-Cianjur ramai lancar dengan penerapan ganjil genap
Baca juga: Bupati Bogor minta anggota DPR bantu anggarkan pembangunan Puncak II
Baca juga: Menhub tinjau jalur Puncak, minta pemda kooperatif tangani lalu lintas kawasan wisata
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Antrean kendaraan terjebak kemacetan hingga berjam-jam menjadi pemandangan biasa ketika libur panjang atau libur nasional. Untuk menempuh jarak 1 kilometer, pengendara membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Kondisi ribuan kendaraan terjebak kemacetan hingga puluhan kilometer menjadi rejeki tersendiri bagi pedagang asongan hingga pemilik warung pinggir jalan saat itu.
Namun ketika virus corona mulai menyebar pada Maret 2020, dan terjadi pandemi sehingga pemerintah memberlakukan pembatasan sosial yang berlanjut dengan PPKM darurat hinga PPKM berlevel, maka mobilitas warga, kendaraan serta pembukaan wisata dan hotel dibatasi, dampaknya terasa dengan hadirnya jalan lengang dan sepinya mobilitas warga.
Perekonomian di kawasan Puncak terus terpuruk, bahkan pelaku usaha terutama karyawan tempat wisata, hotel dan restoran banyak yang dirumahkan karena sepinya wisatawan yang datang, sedangkan biaya operasional tetap harus dikeluarkan.
Tercatat ribuan karyawan dari berbagai sektor wisata, terpaksa hanya menerima upah semampunya dari pihak perusahaan, bahkan ada yang tidak dibayar karena tidak bekerja. Tidak hanya itu, roda perekonomian tersendat, dimana suplier sayur mayur tidak dapat mengantarkan pesanan tepat waktu.
Baru setelah masuk PPKM level 3 pada awal September 2021, mulai ada sejumlah kelonggaran diberikan untuk Cianjur dan kawasan Puncak. Pemerintah Kabupaten Cianjur terus berupaya untuk menekan angka penularan termasuk digencarkan vaksinasi untuk masyarakat, pada akhirnya dapat masuk PPKM level 2 hingga kini.
Sejumlah tempat wisata, mall dan pusat keramaian dapat kembali dibuka dengan berbagai persyaratan ketat. Tak disangka, pelonggaran yang masih sedikit itu telah membuka "keran" hadirnya banyak kendaraan dari luar kota yang ingin ke kawasan Puncak, yang menimbulkan kemacetan kendaraan seperti kemacetan sebelum pandemi COVID-19.
Bahkan kemacetan di jalur utama Puncak, kembali terjadi tidak hanya akhir pekan, saat hari kerja antrean panjang kembali menjadi pemandangan biasa di jalur tersebut. Ada euforia pada masyarakat yang merasa bebas, tetapi justru menimbulkan kekhawatiran terjadinya gelombang penularan virus COVID-19 kembali.
Melihat kondisi tersebut insiatif Forkompimda menerapkan rekayasa lalu lintas kendaraan ganjil genap sebagai upaya menekan mobilitas warga dan kendaraan melintas di Jalur Cianjur-Puncak-Bogor.
Walaupun ganjil genap diberlakukan tanpa sanksi, hanya pemutarbalikan kendaraan, telah membuat pengguna jalan terutama pendatang dari Jabodetabek dan daerah lainnya, mulai mengerti dan kepadatan yang biasa terjadi di jalur utama Cianjur, tidak terlihat lagi hingga satu bulan terakhir ini.
Dampak penerapan ganjil genap, maka mobilitas kendaraan dapat ditekan, namun tetap mampu mendorong perekonomian di sebagian besar wilayah Cianjur, untuk kembali mengeliat.
Mengutip PHRI Cianjur, tingkat kunjungan terutama hunian hotel yang sempat terjun bebas di angka 20 persen paling tinggi, kembali meningkat sejak satu bulan terakhir mencapai 70 persen.
Bahkan pengelola hotel mengakui penerapan ganjil genap, membuat jadwal menginap tamu yang datang bertambah hari karena kendaraan yang mereka gunakan bernopol genap, sedangkan hari chek out sedang berlaku ganjil di jalur Puncak-Bogor.
Markom Manager Le Eminence Hotel Riski Sutrisna, mengatakan sejak diterapkannya sistem ganjil genap di jalur Puncak, membuat angka kunjungan meningkat hingga 70 persen sesuai dengan aturan pemerintah bagi wilayah dengan PPKM level 2. Tamu yang menggunakan kendaraan bernopol ganjil atau genap, menambah jadwal menginap karena tidak mau melanggar aturan yang berlaku saat itu.
"Penerapan ganjil genap menguntungkan perekonomian, meski tidak dikenakan sanksi sebagian besar pengendara sudah faham dan mematuhi aturan. Sehingga jadwal menginap ditambah karena saat penerapan ganjil, kendaraan mereka genap dan kembali memperpanjang jadwal menginap," katanya.
Pihaknya berharap ganjil genap menjadi solusi kemacetan yang terjadi di jalur Puncak, sehingga pendatang dari berbagai daerah tidak harus berlama-lama untuk dapat sampai ke kawasan Puncak-Cianjur karena mobilitas kendaraan dapat dibatasi.
Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan, mengatakan penerapan ganjil genap di jalur Puncak-Bogor, merupakan upaya yang sangat efektif dalam menekan mobilitas kendaraan dari luar kota menuju Puncak-Cianjur.
Meski pekan pertama penerapan sempat terjadi antrean panjang yang terjadi di wilayah Bogor hingga Puncak Pass-Cipanas. Namun memasuki pekan keempat, arus lalulintas di sepanjang jalur tersebut, ramai lancar dan hanya di beberapa titik laju kendaraan tersendat.
"Kita berharap ganjil genap bisa dipermanenkan, sebagai solusi kemacetan di jalur Puncak, termasuk dengan sanksi, sehingga bagi pelanggar dapat dikenakan sanksi tegas atau tilang. Penerapan ganjil genap dapat memperlancar wisatawan untuk sampai ke kawasan Puncak-Cianjur," katanya.
Pemkab Cianjur, Jawa Barat mendukung penerapan ganjil genap secara permanen di jalur Puncak, karena dinilai dapat menguntungkan Cianjur dalam segi pemulihan ekonomi karena angka kunjungan wisatawan dapat meningkat, tanpa harus terjebak antrean panjang.
Bupati Cianjur Herman Suherman, mendorong penerapan ganjil genap dipermanenkan Menteri Perhubungan dan kementerian terkait, sebagai upaya pemulihan ekonomi uyang terpuruk selama pandemi dan solusi macet di jalur Puncak.
Sebelum PPKM diterapkan, jalur Puncak masih tetap macet baik hari kerja atau libur akhir pekan. Setelah penerapan ganjil genap, tidak ada antrean panjang di sepanjang jalur Puncak, sehingga wisatawan dapat dengan mudah sampai ke Puncak-Cianjur.
Saat pertemuan antara Forkopimda Cianjur dan Bogor disepakati penerapan ganjil genap secara permanen yang selanjutnya akan ditetapkan aturan oleh Kemenhub, dimana aturannya tetap sama hanya berlaku untuk kendaraan dari luar kota.
Khusus untuk warga yang berdomisili di Cianjur dan Bogor dikecualikan dengan syarat cukup menunjukan KTP, termasuk ambulance, mobil dinas, mobil ekspedisi dan lain-lain tetap dapat melintas di jalur Puncak.
"Dibandingkan dengan one way atau satu arah, dari analisa beberapa waktu terakhir cukup efektif. Cianjur akan diuntungkan karena wisatawan dari berbagai wilayah dapat dengan mudah sampai ke Puncak-Cianjur, tanpa terjebak sistem satu arah," katanya.
Putus rantai kemacetan
Satu bulan penerapan ganjil genap yang dilakukan setiap akhir pekan di jalur Puncak-Bogor-Cianjur, dinilai efektif memutus macet total yang sudah menjadi pemandangan biasa, di mana pendatang dengan tujuan wisata ke kawasan Cipanas, dapat dengan cepat untuk sampai ke tujuan.
Biasanya pendatang dari Jabodetabek membutuhkan waktu hingga berjam-jam untuk sampai ke obyek wisata yang ada di kawasan Cipanas seperti Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara, karena harus terjebak macet mulai dari keluar pintu Tol Ciawi.
Tingginya volume kendaraan pendatang dari arah Bogor tersebut, membuat petugas kepolisian dari dua wilayah Cianjur dan Bogor, melakukan berbagai rekayasa arus saat libur akhir pekan dan libur nasional karena macet total dipastikan selalu terjadi.
Sehingga target pendatang atau wisatawan untuk menghabiskan libur di kawasan Puncak-Cipanas, hanya berlangsung singkat karena harus mengejar penerapan sistem satu arah diberlakukan, agar tidak tidak kembali terjebak antrran panjang saat pulang.
Namun setelah penerapan ganjil genap diberlakukan, meski belum secara permanen, menjadi solusi bagi pendatang untuk sampai tepat waktu di obyek wisata yang dituju, tanpa harus terjebak dalam antrian saat pergi atau pulang, sehingga mereka dapat berlama-lama menikmati liburan.
Efektifnya ganjil genap yang diterapkan, dapat mengembalikan angka kunjungan yang cukup tinggi ke berbagai obyek wisata, hotel dan restoran yang nyaris gulung tikar karena sepinya wisatawan yang datang terutama saat pembatasan sosial diberlakukan untuk menekan angka penularan COVID-19.
Tidak hanya dirasakan wisatawan, pengusaha berbagai bidang termasuk suplier sayur mayur untuk pasar tradisional dan modern di Jabodetabek, merasakan manfaat dari penerapan ganjil genap, dimana mereka dapat menyesuaikan jadwal pengiriman agar tepat waktu.
Juga sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah merealisasikan pembangunan jalur Puncak II, sebagai solusi terbaik mengantisipasi kemacetan yang terjadi di jalur Puncak saat ini, dan selain itu dapat digunakan sebagai jalur distribusi produksi pangan dan kriya lainnya dari dan ke wilayah Cianjur-Bogor-Sukabumi dan sekitarnya.
Jadi dimulai dari penerapan ganjil genap saat ini kemudian dilanjutkan pembangunan jalur Puncak II, pemulihan ekonomi pasti bakal terjadi secara akseleratif bersama masa endemi.
Baca juga: Jalur Puncak-Cianjur ramai lancar dengan penerapan ganjil genap
Baca juga: Bupati Bogor minta anggota DPR bantu anggarkan pembangunan Puncak II
Baca juga: Menhub tinjau jalur Puncak, minta pemda kooperatif tangani lalu lintas kawasan wisata
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021