Jakarta (ANTARA) - Sejumlah wilayah di tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai mengalami kekeringan, kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rita Rosita.
"Fenomena tersebut mengakibatkan 100.230 warga terpapar dampak kekeringan. BPBD setempat telah mengirimkan air bersih ke beberapa wilayah untuk menangani kekeringan," kata dia melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Rita mengatakan di Daerah Istimewa Yogyakarta, kekeringan terjadi di 57 desa di Kabupaten Gunung Kidul dan mengakibatkan 24.166 kepala keluarga atau 85.000 jiwa terdampak keadaan itu.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul telah mengirimkan 900 ribu liter air bersih ke wilayah Girisubo, Rongkop, Tepus, dan Paliyan.
"Di Jawa Tengah, kekeringan terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Cilacap, yaitu Kewungetan dan Patimuan. Sebanyak 3.984 kepala keluarga atau 14.253 jiwa terdampak," kata dia.
BPBD Kabupaten Cilacap telah mengirimkan 24 mobil tangki yang masing-masing berkapasitas 5.000 liter air bersih ke Desa Ujung Manik, Desa Sidamukti, Dusun Gendiwung Cagak, dan Dusun Langenkepuh.
Kekeringan di Jawa Timur terpantau di Desa Trosono, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan. Sebanyak 287 kepala keluarga atau 977 jiwa terdampak situasi yang disebabkan musim kemarau tersebut.
"Kekeringan telah dilaporkan sejak Senin (17/6) lalu sehingga telah diantisipasi BPBD Kabupaten Magetan dengan mengirimkan air bersih," kata dia.
Pusat Analisis Situasi Siaga Bencana (Pastigana) BNPB memperkirakan awal musim kemarau pada 2019 umumnya akan terjadi pada Mei, Juni, dan Juli dengan persentase sekitar 83 persen. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus 2019 dengan presentase 53 persen.
Baca juga: DPRD Karawang: OPD agar antisipasi ancaman kekeringan
Baca juga: Bupati Indramayu: Camat harus turun desa antisipasi kekeringan