Bandung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat konsisten mengembangkan permainan tradisional demi membentuk karakter anak khas Sunda dan mewujudkan Jabar sebagai provinsi layak anak atau provila.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya saat meninjau gelaran Pasar Desa Wisata Jabar Juara menuju Jawa Barat sebagai Provinsi Layak Anak di Kampung Bolang, Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, kemarin, mengatakan permainan tradisional anak kini sudah banyak yang punah dan yang tersisa semakin ditinggalkan karena kalah bersaing dengan permainan digital yang diakses melalui berbagai macam gawai.
"Hari ini kami hadir untuk mendekatkan anak-anak dengan permainan tradisional yang selama ini tampaknya hampir punah karena tergerus oleh gadget," kata Atalia.
Atalia mengapresiasi Pasar Wisata atau disingkat Pa Sarwi in karena membangkitkan kembali banyak permainan tradisional yang khas dan dekat dengan alam.
"Tadi saya membuka acara dengan bersama-sama main pistol-pistolan dari karet dan saya melihat banyak sekali permainan-permainan di sini yang bisa meningkatkan kebahagiaan anak juga mendekatkan anak dengan alam. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa mendorong Jawa Barat sebagai provinsi layak anak," ungkapnya.
Atalia mengingatkan anak memiliki empat hak yang wajib dipenuhi orang tua, yakni hak hidup, hak berpartisipasi, hak untuk mendapat mendapat perlindungan, dan hak untuk cukup dan berkembang sesuai dengan usianya.
Melalui permainan anak tradisional ini, diharapkan empat hak anak tersebut dapat dipenuhi oleh banyak orang tua di Jawa Barat.
Desa Cibuluh terbagi dalam empat dusun yakni Dusun Bolang 1, Bolang 2, Bolang 3, dan Dusun Ciseupan. Selain banyak permainan tradisional, wisatawan yang berkunjung juga dapat menikmati keindahan alam dan budaya masyarakat setempat.
Ada juga area seluas 5.000 meter persegi yang menjadi wahana budaya bernuansa khas Sunda. Hingga saat ini, Kampung Budaya Bolang sudah mengoleksi 2.600 permainan tradisional seluruh Indonesia dan 340 permainan seluruh Jawa Barat.
Biaya masuk ke desa tersebut Rp50.000 per orang harus datang dalam satu kelompok minimal anggota 50 orang. Biasanya ada 10 permainan yang akan diajarkan, dua diantaranya permainan di air.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Wahyu Iskandar menyatakan Pemprov Jabar tak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pembangunan karakter masyarakat. Salah satunya adalah membangun provinsi layak anak dengan media permainan anak tradisional.
"Terdapat kurang lebih dua ratus jenis permainan anak tradisional atau yang biasa disebut dengan istilah kaulinan urang lembur. Kegiatan ini merupakan salah satu program pengembangan nilai daerah," kata Wahyu.
Pendirian desa wisata seperti ini, selain dimaksudkan untuk mendatangkan wisatawan adalah dalam upaya pengentasan kemiskinan khususnya bagi masyarakat sekitar.
Dalam membangun desa wisata perlu adanya integrasi dan pembinaan sumber daya manusia yang sudah dibekali wawasan budaya sehingga siap menerima wisatawan.
Kaulinan Lembur, langkah pemprov wujudkan Jabar Layak Anak
Minggu, 28 April 2019 16:01 WIB