Garut (Antaranews Jabar) - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah menyiapkan kurikulum Sekolah Siaga Bencana untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman ancaman bahaya bencana kepada siswa sekolah mulai tingkat TK, SD dan SMP.
"Garut ini salah satu daerah rawan bencana, maka akan kita menyiapkan kurikulum Sekolah Siaga Bencana," kata Kepala Disdik Kabupaten Garut, Totong kepada wartawan di Garut, Rabu.
Ia menuturkan, Kabupaten Garut merupakan daerah yang memiliki berbagai ancaman bencana alam seperti gempa bumi, banjir, longsor, angin puting beliung, bahkan di pesisir pantai memiliki ancaman bencana tsunami.
Menurut dia, program kurikulum Sekolah Siaga Bencana penting diterapkan di setiap sekolah agar mengetahui tentang kebencanaan, termasuk ada materi tentang mengantisipasi bencana agar tingkat risiko bencana dapat diminimalisasi.
"Nanti sekolah siaga bencana itu membangun kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi kebencanaan, tujuannya membangun budaya siaga bencana," katanya.
Ia menyampaikan, kurikulum kebencanaan itu akan diterapkan pada sistem pembelajaran ekstrakurikuler di sekolah, seperti kegiatan Pramuka, PMI, Paskibra atau kegiatan sekolah lainnya sehingga tidak membutuhkan waktu tambahan belajar di sekolah.
Pematerinya, kata dia, akan mendatangkan langsung dari orang yang berkompeten di bidang kebencanaan, seperti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), maupun Taruna Siaga Bencana (Tagana) di Garut.
"Nanti akan koordinasi dengan BPBD, atau Tagana yang mengetahui tentang materi kebencanaan, nanti salah satu materinya itu bagaimana awal antisipasi ketika ada bencana, apa yang harus dilakukan oleh sekolah," katanya.
Ia menambahkan materi dalam kurikulum kebencanaan itu akan disampaikan berbeda-beda setiap sekolah sesuai dengan tingkat potensi bencana sekitar sekolah atau di tempat tinggal siswa.
Dia menyontohkan, materi di sekolah wilayah perkotaan Garut dengan kawasan pantai di selatan Garut akan berbeda materinya, karena dua wilayah itu memiliki potensi bencana yang berbeda.
"Untuk sekolah di selatan yang memiliki pantai akan disampaikan tentang potensi bencana tsunami, jadi materinya akan berbeda dengan yang ada di sini (perkotaan)," katanya.