Bandung, 11/10 (Antara) - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendorong sistem pembelajaran dalam jaringan bagi mahasiswa Universitas Tadulako yang terdampak gempa dan tsunami.
"Supaya Universitas Tadulako bisa bergerak berjalan dengan baik, kita akan kerja sama dengan sistem `e-learning` yaitu dengan kuliah jarak jauh," ujar Menristekdikti, Mohamad Nasir, di ITB Bandung, Kamis.
Ia mengatakan bangunan di Universitas Tadulako roboh akibat gempa yang melanda kawasan tersebut. Agar perkuliahan tetap berjalan dan tidak terjadi eksodus mahasiswa ke kampus lain, maka sistem pembelajaran harus tetap berlangsung.
Dalam penerapan sistem e-learning itu, kementeriannya akan menggandeng beberapa perguruan tinggi negeri, seperti ITB, UI, maupun IPB, tergantung dengan bidang yang ada di Takulado.
"Bisa mengirimkan tenaga pengajar atau belajar menggunakan daring. Kalau dosen dikirim ke sana sama saja muncul problem baru. Tapi bagaimana dosen tidak pergi bisa kuliah sedang kita pikirkan," kata dia.
Saat ini, Kemenristek sedang melakukan pendataan terhadap mahasiswa yang terdampak gempa dan tsunami, sedangkan bagi dosen yang selamat, pihaknya akan melakukan pendampingan agar mental mereka kembali ke kondisi semula.
"Mereka kadang-kadang terjadi `hopeless` karena saking stresnya sehingga mereka harus dimotivasi kembali hidup seperti sedia kala," katanya.
Ia berharap, pada pekan depan proses perkuliahan dapat dimulai. Kemenristekdikti juga akan mengirimkam tenda darurat yang akan digunakan sebagai tempat perkuliahan.
Terkait dengan pembangunan kampus yang roboh, ia telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sedangkan pembangunan kembali akan dimulai pada 2019.
"Masalah kampus yang roboh kerja sama dengan Kementerian PUPR mereka akan menyelesaikan pada 2019," katanya.