Bandung (Antaranews Jabar) - Tutupnya toko-toko kaset dan CD ternama di Bandung, seperti Aquarius dan Disc Tarra Megastore ternyata bukan ajal bagi kehidupan rilisan fisik.
Sempat mengalami kemunduran di pertengahan era 2000-an, kini rilisan fisik mulai menunjukkan kembali eksistensinya sejak ramainya forum jual beli online sekitar 2011. Naiknya minat pembeli terhadap rilisan fisik tidak hanya berpengaruh pada toko online, tetapi juga toko offline.
DU 68 Music adalah salah satu toko rilisan fisik di daerah Dipati Ukur, Bandung yang masih eksis sejak didirikan tahun 2000. Toko tersebut menyediakan berbagai macam rilisan fisik seperti kaset pita, compact disk, DVD, dan piringan hitam.
Meskipun barang yang dijual mayoritas adalah barang bekas, ada juga beberapa rilisan fisik yang masih baru. Berbagai rilisan fisik bergenre rock, pop, metal, hingga jazz dari musisi lokal maupun mancanegara dapat ditemui di toko tersebut.
Menurut staff DU 68 Music, Gery Sugeng Riyadi (31), terdapat sekitar 10 ribu rilisan fisik di toko tersebut. Barang-barang itu didapat dari berbagai tempat, mulai dari orang yang sengaja menitipkan barang untuk dijual, tukar tambah, atau mencari di tempat barang-barang bekas di daerah sekitar Jalan Astana Anyar, Cilaki, dan Pagarsih.
Menurut Gery, eksistensi rilisan fisik akan terus hidup jika pihak-pihak penunjang mulai dari produsen, distributor, penjual, pembeli, hingga kolektor terus ada. Bahkan keseriusan pihak label untuk memproduksi rilisan fisik dirasa cukup baik dalam beberapa tahun belakangan.
Minat pembeli yang meningkat setiap tahunnya menjadi salah satu faktor utama rilisan fisik dan toko DU 68 Music tetap eksis. “Karena ada ketertarikan satu sama lain antara pedagang dan pembeli untuk tetap melestarikannya,” ujar Gery.
Terlepas dari pekerjaannya dalam dunia rilisan fisik, Gery juga mengaku mendalami dan memiliki passion terhadap dunia tersebut. “Saya tertarik menikmati rilisan fisik karena saya mengalami era rilisan fisik terutama kaset sedang ramai. Dan euphoria itu masih menempel di kepala saya, yang mengakibatkan saya menikmati dan mendalaminya,” kata Gery.
Pecinta rilisan fisik tidak hanya berasal dari kalangan tua, tetapi kini mulai digandrungi oleh anak muda hingga remaja. Menurut Gery, peminat rilisan fisik yang hadir ke tokonya berasal dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak sekolah menengah hingga orang tua berusia 50 tahun. Bahkan menurutnya, pembeli rilisan fisik di toko ini bukan hanya warga lokal Bandung, namun juga berasal dari luar negeri seperti Kanada dan Denmark.
Bani Muhammad Rahadian (21), seorang mahasiswa asal Bandung adalah salah satu anak muda yang menggandrungi rilisan fisik. Ia mengaku memiliki ketertarikan terhadap rilisan fisik, khususnya kaset dan CD sejak usia sekolah dasar. Selain karena pengaruh dari orang tua dan kakaknya, pada saat itu rilisan fisik memang sedang naik daun. Namun, ketertarikan itu terus berlanjut hingga saat ini.
Ditemui di Bandung Creative Hub pada Jumat (23/3) petang, Bani menuturkan meskipun saat ini marak jual beli rilisan fisik secara online, namun ia mengaku lebih menyukai sensasi mencari rilisan fisik di toko offline. Ia juga menceritakan alasannya tetap meminati rilisan fisik karena berbagai informasi tambahan yang bisa ditemukan dalam rilisan fisik, dan tidak didapatkan secara digital.
“Kalau di rilisan fisik lebih banyak informasi yang didapat. Misalnya, ada profil bandnya, cerita-ceritanya, apalagi artworknya. Biasanya saya juga suka rilisan fisik dari artworknya doang. Kadang beli (kaset) band yang sebenernya gak begitu suka, bahkan gak tau itu siapa, tapi artworknya bagus,” ujar Bani.
Untuk perawatan, selain membersihkan kaset yang kotor, Bani biasanya memutar kasetnya secara rutin untuk menjaga kualitas kaset agar tidak berjamur. Ia juga memiliki laci khusus yang dipastikan selalu kering untuk menyimpan barang koleksinya tersebut. Namun untuk beberapa rilisan yang menjadi kesayangannya, ia sengaja menyimpannya dalam keadaan masih tersegel rapi.
Kecintaannya terhadap rilisan fisik, membuat Bani mengaku akan terus menyimpan koleksi-koleksinya hingga tua nanti.
Peminat kaset dan CD tak pernah mati
Sabtu, 24 Maret 2018 19:55 WIB