antarajabar - Macet, itulah yang terlintas ketika berbicara
tentang Jalan K.H. Wahid Hasyim atau Jalan Kopo Bandung. Kemacetan di
jalan yang menjadi salah satu jalur utama penghubung antara Kota dan
Kabupaten Bandung seolah tak mengenal waktu.
Mulai pagi, siang, sore, hingga malam hari, kemacetan selalu
terjadi di Jalan Kopo, terlebih ketika hujan mengguyur kawasan tersebut.
Kemacetan di ruas Jalan Kopo ini memang sudah melebihi ambang batas dan
ada berbagai penyebab kemacetan di jalan ini.
Banyaknya volume kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas
jalan membuat ruas jalan provinsi itu mendapatkan predikat jalan arteri
terburuk di Kabupaten Bandung. Selain itu, adanya pusat perbelanjaan
dan kawasan industri serta persimpangan menuju perumahan warga juga
turut serta menjadi penyebab kemacetan jalan tersebut.
Bagi warga setempat, seperti Yudi Hermawan (33 tahun), kemacetan
Jalan Kopo sudah menjadi makanan sehari-harinya. "Berangkat kerja pagi
hari kena macet, pulang kerja juga kena macet di Kopo mah, kalau ngeluh
terus bisa stress tapi mau gimana lagi harus tetap dinikmati," ucap Yudi
Hermawan yang tinggal di kawasan Kopo Sayati, Kabupaten Bandung.
Yudi bekerja di kawasan Jalan Naripan Kota Bandung, atau jarak
antara rumah ayah satu orang anak ini dan tempatnya kerjanya sekitar 8
km. Jika tidak macet, dibutuhkan waktu sekitar 35 hingga 40 menit bagi
Yudi untuk bisa sampai ke tempat kerjanya.
Namun, karena kemacetan Jalan Kopo, Yudi harus menghabiskan waktu
hampir 1 jam lebih untuk bisa sampai ke tempat kerjanya. Bahkan, kalau
musim hujan, khususnya saat jam pulang kerja, dia bisa menghabiskan
waktu satu setengah sampai 2 jam untuk bisa sampai ke rumah karena
macetnya Jalan Kopo.
Warga Kopo lainnya, Dini Andriani (30), menambahkan bahwa dirinya
seolah pasrah dengan kemacetan yang terjadi di Jalan Kopo. "Kalau jam
pulang kerja, begitu mau keluar pintu Tol Kopo, wassalam, harus ekstra
sabar karena bisa stuck banget kendaraan di daerah pintu Tol Kopo," kata
Dini.
Momok berupa kemacetan Jalan Kopo yang dirasakan Yudi Hermawan dan
Dini Andriani serta warga lainnya yang melintas jalan tersebut tampaknya
akan segera hilang dalam waktu dekat ini.
Hal ini dikarenakan keberadaan Tol Soreang-Pasirkoja atau Soroja
yang dibuat untuk mengurangi kemacetan di kawasan tersebut akan mulai
diujicobakan pada bulan November 2017.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan--akrab disapa Aher--menyatakan
bahwa pihaknya terus menggenjot sejumlah pembangunan infastruktur di
Jabar menjelang akhir masa jabatannya menjadi gubernur selama dua
periode, salah satunya Tol Soroja.
Ada bandara, Ciletuh (Geopark), pembangunan besar tol, pelabuhan,
itu hal-hal besar yang perlu dituntaskan, termasuk juga pendidikan, kata
Aher usai Sidang Paripurna Istimewa Peringatan Hari Jadi Ke-72 Provinsi
Jabar di Bandung, beberapa waktu lalu.
Ia berharap proyek Tol Soroja yang diprioritaskan di Jabar itu dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Selain itu, Aher juga berharap proyek besar, seperti Tol Soroja, dapat diresmikan di akhir masa jabatannya.
Aher juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran
Pemerintah Provinsi Jabar dan masyarakat yang telah bersama-sama
mengawal pembangunan Jabar.
Uji Coba November
Dirut PT Citra Marga Lintas Jabar Bagus Medi S. mengatakan bahwa
Tol Soroja akan diuji coba pada bulan ini. Presiden RI Joko Widodo akan
hadir meresmikan pelaksanaan uji coba tol yang digagas sejak 2005.
Usai bertemu Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa di Gedung Sate Bandung,
Rabu (8/11), Dirut PT Citra Marga Lintas Jabar Bagus Medi S. mengatakan
perusahaannya selaku investor pembangunan Tol Soroja telah menyurati
Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) terkait perkembangan terkini
pembangunan tol tersebut.
"Jadi, kami sudah menyurati untuk izin tanda kutip bahwa tol sudah
selesai. Nanti itu bakal ada uji layak fungsi karena kami sudah
melakukan PHO (provisional hand over) atau serah terima tol sementara
dari kontraktor ke owner (BPJT)," katanya.
Ia merasa optimistis BPJT bersama tim gabungan dari Kementerian
Perhubungan dan Korlantas Mabes Polri akan mengecek langsung kesiapan
dan keamanan Tol Soroja.
Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas
Perhubungan Kabupaten Bandung untuk melakukan rekayasa lalu lintas
sebagai dampak dari uji coba Tol Soroja.
Biasanya, kata dia, kalau ke Soreang lewat alteri bisa 2 jam.
Begitu masuk tol, hanya 10 menit, artinya di ujung arteri ada kemacetan.
Hal itu harus diantisipasi oleh Dishub agar tidak terjadi macet di
ujung tol.
Sementara itu, berdasarkan data yang diterima oleh Sekretaris Jabar
Iwa Karniwa, PT Citra Marga Lintas Jabar diketahui bahwa progres
pengerjaan Tol Soroja sudah terealisasi 98,88 persen.
Hasil itu didapat dari realisasi akumulasi pengerjaan struktur dan
lean concrete di setiap seksi. Konstruksi bisa dikatakan sudah selesai,
tinggal tahap akhir. Pengerjaan lainnya lebih pada kelengkapn jalan,
seperti pemasangan barrier, rumput, rambu, saluran U-Ditch, pagar ROW,
fondasi PJU, dan pemasangan kilometer post, kata Iwa.
Sisanya, lanjut Iwa, adalah pengerjaan di rigid pavement untuk
Seksi I (mulai dari Pasirkoja hingga Marga Asih) sudah mencapai 99.90
persen dan Seksi II (Katapang) mencapai 99,35 persen.
Tol Soroja yang memiliki panjang sekitar 10,55 km dengan perincian
main road tol tersebut sepanjang 8,85 km dilengkapi dengan exit tol
tersebar di lima titik.
Kelima exit tol tersebut adalah Exit Tol Marga Asih Barat, Exit Tol
Marga Asih Timur, Exit Tol Kutawaringin Barat, Exit Tol Kutawaringin
Timur, dan Exit Tol Soreang. (*)
Menanti Tol Soroja Atasi Kemacetan Kopo
Minggu, 12 November 2017 19:26 WIB