Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas lemak dan minyak hewani/nabati, BBM, besi dan baja, produk nikel, serta alas kaki menjadi komoditas penyumbang utama surplus neraca dagang Indonesia periode Januari hingga Oktober 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Senin menjelaskan komoditas lemak dan minyak hewani/nabati menyumbang keuntungan dagang 28,12 miliar dolar AS, BBM menyumbang 22,59 miliar dolar AS, sektor besi dan baja 15,79 miliar dolar AS, produk nikel 7,39 miliar dolar AS, serta alas kaki 5,47 miliar dolar AS.
Adapun secara kumulatif neraca dagang Indonesia pada Januari hingga Oktober 2025 memperoleh surplus 35,88 miliar dolar AS. Angka ini naik 10,98 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY).
"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut- turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–Oktober 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 51,51 miliar dolar AS, sementara komoditas migas masih mengalami defisit 15,63 miliar dolar AS," ucap dia.
Pudji mengatakan, total ekspor periode Januari - Oktober 2025 mencapai 234,04 miliar dolar AS. Angka ini naik 6,96 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 218,82 miliar dolar AS.
Ia menjelaskan, tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia yakni China, Amerika Serikat, dan India dengan kontribusi penjualan ke negara tersebut terhadap total ekspor nonmigas mencapai 41,84 persen.
Nilai ekspor ke negara China mencapai 52,45 miliar dolar AS atau 23,51 persen, Amerika Serikat sebesar 25,56 miliar dolar AS atau 11,46 persen, dan India sebesar 15,32 miliar dolar AS atau 6,87 persen.
Lebih lanjut, ekspor ke China kata dia, didominasi oleh besi dan baja, BBM, serta produk nikel. Sementara ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesorisnya (rajutan), serta alas kaki.
Sementara itu, untuk nilai impor Indonesia pada Januari-Oktober 2025 mencapai 198,16 miliar dolar AS atau meningkat 2,19 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
