Garut (ANTARA) - Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyebutkan masih ada penggunaan Bahasa Indonesia yang salah atau kurang tepat di media daring yang diduga karena tuntutan kecepatan penyebaran informasi, sehingga lolos dari proses penyuntingan.
"Karena mengejar cepat ya, waktu untuk menyunting bahasanya masih belum maksimal, jadi banyak sekali penggunaan bahasa, bahkan tanda petik dan apa, tanda bacanya masih banyak yang luput," kata Sekretaris Badan Bahasa Kemendikdasmen Ganjar Harimansyah usai acara Diseminasi Bahan Penguatan Program Literasi Kebahasaan dan Kesastraan Tahun 2025 di Cipanas Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis.
Ia menuturkan Badan Bahasa menilai sejumlah media daring yang selama ini menyajikan beragam tulisan masih ada tata bahasa Indonesia tidak terkoreksi dengan benar.
Menurut dia, persoalan Bahasa Indonesia di media daring itu akibat berbagai faktor, seperti adanya tuntutan kecepatan menyebarkan berita, sehingga ada penggunaan bahasa seperti tanda petik dan tanda baca yang lolos dalam proses penyuntingan.
"Ini kan penggunaan bahasa, mungkin karena saking cepatnya untuk mengunggah berita, masih banyak penggunaan Bahasa Indonesia yang perlu (diperbaiki)," katanya.
Ia menyampaikan media daring bisa memanfaatkan berbagai aplikasi terkait bahasa yang sudah disediakan pemerintah secara gratis, sehingga bahasa yang disajikan ke khalayak itu baik dan benar.
Ia menegaskan penggunaan Bahasa Indonesia yang benar itu agar tidak salah logika atau cara berpikir maupun nalar masyarakat, jika bahasanya rancu maka akan diterima salah oleh masyarakat. Apalagi saat ini banyak masyarakat berbagai kalangan usia mengakses informasinya dari media daring.
"Terutama anak-anak, juga di sekolah kan percayanya ke media daring," katanya.
