Antarajabar.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menggelar pameran kertas kayu daluang dengan tajuk "Hidden Treasure: Daluang, Fuya, and Tapa" untuk mengenalkan warisan budaya nusantara.
Pameran digelar 24 Agustus hingga 13 September di Museum Sri Baduga, Kota Bandung, Jawa Barat. Pameran itu mengangkat warisan budaya tak benda berupa daluang atau kertas saeh yang dulu digunakan sebagai media penulisan dan gambar.
"Zaman dulu daluang punya peran yang penting sebagai alat untuk menulis, sebagai bahan pakaian. Tapi sekarang dengan kemajuan zaman dan teknologi hampir ditinggalkan," ujar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Ida Hernida di Museum Sri Baduga, Kamis.
Ida mengatakan, daluang merupakan warisan tradisi yang unik dan perlu dilindungi dan perlu dimanfaatkan kembali sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Ia menceritakan, keberadaan daluang atau yang di wilayah lain disebut fuya atau tapa memiliki peran yang sangat sentral dalam sejarah kemajuan literasi dan industri tekstil dunia. Sebelum mengenal teknik tenun masyarakat membuat pakaian dari kain kulit kayu yang dibuat dengan cara dipukul menggunakan pemukul kayu, atau batu.
Bukti keberadaannya diperkuat data etnografi, karena sampai saat ini beberapa suku pedalaman dan kelompok masyarakat tradisional masih membuat kain dan kertas dari kulit kayu dengan peralatan yang sama.
"Makanya kenapa museum ini mengambil temanya daluang untuk memperkenalkan pada generasi muda, mengenai sejarah warisan budaya leluhur kita," kata dia.
Benda yang ditampilkan kali ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia hingga beberapa negara di dunia yang memiliki budaya yang sama dalam pemanfaatan kulit kayu. Negara-negara tersebut seperti Thailand, Meksiko, serta beberapa negara Amerika Latin lainnya.
Adapun koleksi yang dipamerkan seperti, naskah kuno, gambar, pakaian, hiasan dinding, asesoris, alat pembuatan daluang, serta Alquran kuno yang dibuat sekitar abad ke-17.
"Kami meminjam dulu benda-benda yang terbuat dari daluang ini, syukur-syukur bisa menjadi milik kita untuk menambah koleksi benda bersejarah," katanya.
Ia berharap hadirnya pameran kertas daluang dapat memperkenalkan keberadaannya yang saat ini hampir hilang kepada masyarakat maupun pelajar. Selain itu, ia mendorong guru-guru untuk membawa peserta didiknya mengenal bukti sejarah warisan nusantara dan dunia.
"Saya juga mohon kepada guru-guru agar membawa anak didiknya ke sini. Sehingga mereka sebagai pelestari budaya tahu seperti apa daluang, fuya atau tapa ini," kata dia.