Jakarta (ANTARA) - PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyampaikan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak berdampak signifikan terhadap besaran premi asuransi maupun reasuransi di Indonesia.
"Rupiah melemah itu enggak terlalu berpengaruh pada premi. Premi itu dipengaruhi oleh kualitas risiko itu sendiri. Kalau kita banyak klaim maka kita akan bayar lebih besar bahkan risiko tertentu yang ada klaim tahun ini, tahun depan dia pasti bayar lebih besar," kata Direktur Teknik Indonesia Re Delil Khairat usai acara di Insurance Industry Dialogue di Jakarta, Selasa.
Menurut Delil, penentuan premi lebih ditentukan oleh jumlah klaim dan siklus pasar (market cycle), bukan fluktuasi kurs. Sementara saat ini industri asuransi berada dalam kondisi soft market, ditandai kapasitas yang melimpah sehingga premi justru cenderung menurun.
"Sekarang lagi soft (market), jadi secara overall premi asuransi dan reasuransi keluar sebenarnya lagi turun. Lagi bagus buat buyer," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, pada perdagangan Selasa (30/9), rupiah tercatat melemah 8 poin atau 0,05 persen ke level Rp16.688 per dolar AS.
Meski demikian, Delil mengingatkan perusahaan asuransi dan reasuransi tetap harus berhati-hati dalam aspek pencadangan, terutama yang berkaitan dengan denominasi dolar AS. Sebab, sebagian portofolio investasi maupun kewajiban (liabilities) masih menggunakan mata uang asing.
"Tergantung portofolio kita berapa besar dari dolar. Kita juga harus punya proporsi yang seimbang antara dolar itu. Kalau cash flow kita enggak balance antara dolar yang masuk dengan yang bisa kita simpan, jadi kita harus beli dolar buat nambahin cadangan kita. Kalau nggak kita bisa kena sama OJK juga. Di situ paling kita kenanya, jadi enggak directly ke preminya," jelasnya.
Oleh karena itu, perusahaan asuransi perlu menambah modal dengan menarik lebih banyak modal dari para "shareholder".
Selain itu, guna menjaga keseimbangan cadangan perusahaan asuransi yang modalnya terbatas berpotensi melakukan konsolidasi.
