Antarajabar.com - Siswa SMA Negeri 30 Garut, Jawa Barat, menggelar aksi di hari pertama sekolah, Senin, menuntut pemerintah provinsi untuk segera memperbaiki bangunan sekolah yang ambruk agar siswa dapat belajar dengan aman dan nyaman di bangunan permanen, bukan di tenda seperti saat ini.
Para siswa tersebut berkumpul di lapangan sekolah dengan menuliskan berbagai tuntutan seperti "Ini sekolah negeri bukan sekolah petani", "kami mau belajar bukan mau camping" dan "bangun sekolah kami" serta berbagai macam tulisan lainnya.
Para siswa tersebut sesekali meneriakan keinginannya kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berwenang dalam mengelola pendidikan SMA untuk segera membangun kembali ruang kelas.
Siwa juga menyampaikan keluhan tidak nyaman melakukan kegiatan belajar mengajar di tenda darurat sejak ambruknya bangunan sekolah April 2017.
"Sudah empat bulan belajar di tenda," kata Siti Denur di sela-sela aksinya.
Ia bersama siswa lainnya menagih janji Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang akan segera memperbaiki bangunan SMA Negeri 30 Garut.
"Kami menagih janji Pak Gubernur untuk memperbaiki sekolah kami," kata siswi kelas XI IPA itu.
Ruang kelas belajar yang baru dibangun tahun 2015 tersebut tiba-tiba ambruk bagian atap baja ringannya setelah datangnya angin kencang melanda daerah itu.
Akibat peristiwa itu, seluruh siswa belajar di tenda darurat yang disediakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat.
Siti menyampaikan keluhan selama belajar di tenda yang tidak nyaman, dan merasa gerah, bahkan tendanya sudah bocor sehingga tetesan air hujan mengganggu kegiatan belajar.
"Tidak nyaman belajar di tenda, kalau panas gerah, terus kalau hujan tendanya juga bocor," katanya.