Jakarta (ANTARA) - Pelaku pasar aset kripto, Indodax mencatat volume perdagangan Ethereum (ETH) di dalam negeri lebih dari Rp5,7 triliun pada periode 1 Januari - 21 Juli 2025.
Vice President Indodax Antony Kusuma di Jakarta, Rabu mengatakan dengan volume perdagangan sebesar itu saat ini, Ethereum menempati posisi ke-4 di pasar IDR Indodax di bawah Bitcoin (BTC) Rp14,27 triliun, Ripple (XRP) Rp8,9 triliun, dan Fartcoin Rp8,3 triliun.
Menurut dia, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap potensi Ethereum terus meningkat, terutama karena proyek ini memiliki ekosistem yang sangat aktif di sektor DeFi, NFT, dan Web3.
“Ethereum adalah fondasi dari banyak inovasi di ruang kripto. Komunitas dan proyek-proyek yang lahir di atas jaringan ini menciptakan nilai nyata, dan hal ini menarik minat investor Indonesia,” ujar Antony melalui keterangannya.
Namun, dia mengingatkan bahwa seperti aset digital lainnya, Ethereum tetap memiliki volatilitas yang tinggi sehingga para investor disarangkan untuk tidak terjebak hype dan tetap berpegang pada strategi yang disiplin, seperti Dollar-Cost Averaging (DCA).
"Investor yang konsisten akan lebih stabil dalam jangka panjang. Dengan menggunakan strategi DCA, kita bisa mengurangi efek fluktuasi harga dan tetap fokus pada nilai fundamental Ethereum itu sendiri,” katanya.
Pada kesempatan itu Antony mengungkapkan Ethereum, aset kripto terbesar kedua di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, mencatatkan penguatan harga lebih dari 80 persen dari level terendahnya bulan Juni, hingga menembus harga di bulan Juli 2025, kisaran 3.800 dolar AS.
Kenaikan ini didorong oleh kombinasi akumulasi besar-besaran dari investor institusi, lonjakan dana masuk ke ETF berbasis ETH, serta ekspektasi tinggi terhadap pembaruan jaringan besar bertajuk Fusaka Fork yang dijadwalkan berlangsung pada November 2025.
