Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin pagi bergerak menguat seiring dengan pelaku pasar merespons positif sentimen dari dalam negeri.
IHSG dibuka menguat 83,09 poin atau 1,18 persen ke posisi 7.130,53.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 2,22 poin atau 0,28 persen ke posisi 788,32.
"IHSG diproyeksikan kembali menguat pada awal pekan ini merespon sentimen global dan dalam negeri," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Dari dalam negeri, parade initial public offering (IPO) pada pekan lalu masih berlanjut sampai Senin, yang mana beberapa saham IPO berlanjut mencatatkan auto reject atas (ARA).
Di sisi lain, pelaku pasar bersikap wait and see terhadap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 15-16 Juli 2025, yang akan menentukan kebijakan suku bunga acuannya.
Pelaku pasar memiliki dua pandangan, ada yang memproyeksikan BI akan menahan tingkat suku bunganya, namun, terdapat yang memproyeksikan BI akan menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen.
Dari mancanegara, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor sebesar 35 persen untuk produk dari Kanada, seraya memperingatkan tarif serupa berpotensi diberlakukan ke negara mitra dagang lainnya.
Selain itu, Trump mengumumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 30 persen terhadap Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus 2025, seiring kedua pihak tersebut gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS.
Di sisi lain, Ketua The Fed Jerome Powell dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mundur dari jabatannya. Informasi ini disampaikan langsung oleh Direktur Federal Housing Finance Agency (FHFA) Bill Pulte melalui keterangan resminya pada Sabtu (12/7/2025).
Namun demikian, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Powell maupun pejabat The Fed lainnya mengenai kabar tersebut. Situasi ini memicu spekulasi di kalangan pasar keuangan terkait kemungkinan adanya ketegangan internal di tubuh bank sentral AS, terlebih di tengah tekanan politik dari Trump.