Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neurologi dari RSUD Pasar Rebo Jakarta dr. Arifianto, Sp.A, Subsp.Neuro(K) menekankan pentingnya Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada anak-anak meski dalam keadaan sehat.
“Ada yang namanya anak-anak tidak sakit, tapi mereka tetap harus minum obat TPT. Dan ini salah satu peran penting untuk mencegah, jangan sampai TBC itu makin memakan banyak korban, dan juga bisa memutus rantai penyebaran TBC,” kata Arifianto dalam webinar “Kenali Terapi Pencegahan TBC pada Anak” yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Ari mengatakan, anak-anak merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi kuman atau bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC. Hal ini disebabkan oleh sistem imun mereka yang masih dalam tahap perkembangan.
Selain itu, anak-anak sering tinggal bersama orang tua atau orang dewasa yang berisiko tinggi, sehingga mempermudah penyebaran TBC.
Ia menyampaikan, gejala TBC pada anak sering kali tidak khas atau tidak terlihat jelas seperti pada orang dewasa.
Pada orang dewasa, TBC biasanya disertai dengan batuk, batuk darah, dan nyeri dada. Akan tetapi, pada anak gejalanya tidak selalu terkait dengan saluran pernapasan atau paru-paru.
“Gejalanya tidak terlihat tetapi penyakit ini bisa menyebar ke organ tubuh lain seperti otak, yang dikenal dengan meningitis tuberculosis. Selain itu, penyebaran bakteri ke seluruh paru-paru bisa menyebabkan kerusakan yang parah,” ujarnya.
Lebih lanjut Ari menyampaikan, peringatan TBC tahun ini menyoroti pentingnya pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), yang tidak hanya ditujukan untuk anak-anak, tetapi juga remaja.
Terapi ini sangat penting untuk mencegah perkembangan TBC pada anak yang telah terinfeksi namun belum menunjukkan gejala sakit.