Jakarta (ANTARA) - Seorang bidan bernama Tessa Siswina mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan karena telah membantu seorang penumpang berinisial RS (18) asal Jawa Timur melahirkan di dalam pesawat Citilink rute Pontianak – Surabaya.
Dalam keterangan yang diterima dari Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa, Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan, Yuli Farianti, menyampaikan bahwa penghargaan yang diberikan Menteri Kesehatan kepada Tessa merupakan bentuk apresiasi atas dedikasinya dalam menangani situasi darurat ini.
“Kejadian ini juga menjadi bukti bahwa di tengah situasi darurat ketenangan dan keterampilan seorang tenaga kesehatan seperti Tessa, sangat dibutuhkan. Semoga peristiwa ini dapat menjadi inspirasi bagi para profesional tenaga kesehatan lainnya dalam menghadapi tantangan yang tidak terduga di lapangan,” ujar Yuli.
Dalam keterangan tersebut, Tessa menyebutkan, saat itu dia duduk di kursi nomor 15F, dan awalnya tidak menyadari adanya situasi darurat. Dia menjelaskan, suasana mulai ramai ketika pilot mengumumkan bahwa diperlukan bantuan dari tenaga medis, baik dokter maupun bidan.
“Saya tanya dengan ibu di samping saya, 'kenapa heboh di belakang? Apa ada yang mabok di belakang'? Si ibu menjawab 'ada yang mau melahirkan',” ujarnya.
Tessa pun segera berdiri, dan ibu di sebelah bertanya apakah dirinya bisa menolong si ibu yang mau melahirkan. Kemudian Tessa melempar tas dan jam tangannya ke bawah kursi dan menghampiri pramugari sambil mengangkat tangan kirinya, dan pada pramugari dia menjelaskan bahwa dia adalah seorang bidan.
Dalam situasi darurat tersebut, Tessa mengambil alih proses persalinan di lantai bagian belakang pesawat dan membantu kelahiran bayi dengan selamat. Pilot pun kemudian mengumumkan bahwa telah lahir bayi laki-laki pada ketinggian 35 ribu kaki di atas permukaan laut. Tessa yang saat itu masih berupaya mengeluarkan plasenta merasa merinding saat mendengar pengumuman dari pilot.
Beberapa kali dirinya bertanya kepada pramugari, berapa waktu lagi yang tersisa hingga mendarat sehingga dia bisa memperkirakan waktu agar proses persalinan bisa selesai sebelum landing.
RS, dalam penerbangan pada Selasa (11/3) itu hanya didampingi oleh anaknya yang masih berusia tiga tahun, sementara suaminya masih berada di Malaysia untuk bekerja. Setelah melahirkan, bayi yang baru lahir langsung digendong oleh penumpang lain karena sang ibu masih dalam kondisi pemulihan.
Saat selesai, Tessa diminta tanda pengenal sebagai bidan dan ia menunjukkan kartu anggota Ikatan Bidan Indonesia.
Tessa mengapresiasi kecukupan peralatan medis yang disediakan oleh maskapai sehingga sangat membantu dalam menangani kondisi darurat ini. Tessa berupaya mengalihfungsikan beberapa alat sehingga dapat digunakan secara tepat.
Adapun Tessa adalah seorang dosen di Poltekkes Kemenkes Pontianak. Ia baru saja menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2024 melalui beasiswa tugas belajar (Tubel) dari Kementerian Kesehatan dalam waktu 2,5 tahun.
“Alhamdulillah, saya sangat berterima kasih atas beasiswa yang saya dapatkan dari Tubel Kemenkes yang sangat membantu saya dalam menyelesaikan pendidikan saya. Saya merasa beruntung menjadi salah satu penerima Tubel sehingga dapat melanjutkan studi hingga jenjang doktoral,” kata Tessa.
Saat ini, dia kembali aktif sebagai dosen di Poltekkes Kemenkes Pontianak dan dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Bidang 5 di Kolegium Kebidanan, asessor LAMPTKes, dan Pengurus Daerah IBI Prov Kalbar. Dia berharap dapat terus berkontribusi dalam dunia kebidanan, terutama dalam melatih generasi muda agar menjadi tenaga medis profesional yang berkualitas.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Seorang bidan dapat penghargaan dari Kemenkes karena bantu lahiran di pesawat