Bandung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Prefektur Shizuoka Jepang, memperkuat kerja sama kemitraan pada tiga bidang yakni ketenagakerjaan, pendidikan, serta kebencanaan, dengan kunjungan delegasi pemerintah Prefektur Shizuoka Jumat.
"Kunjungan ini memperkuat kemitraan yang telah dibangun lewat hubungan sister province. Tentu kami tidak menyia-nyiakan hubungan ini yang kami arahkan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan baik di Jawa Barat, dan tentu di Shizuoka," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Herman Suryatman di Gedung Sate Bandung.
Baca juga: Gubernur Jabar komitmen perpanjang "Sister Province" dengan Guangxi Zhuang
Di sektor pendidikan kata Herman, kerja sama dibangun dengan membuka kesempatan beasiswa dan pertukaran pelajar, di mana putra-putri dari Jawa Barat dikirim untuk mengikuti perkuliahan di Shizuoka dalam skema kerja sama Sister Province.
Kemudian untuk sektor ketenagakerjaan, ia mengatakan sejauh ini telah diberangkatkan 87 orang dari Jawa Barat melalui kerja sama Sister Province ini.
"Tentu kita berharap di 2025 bisa kita tingkatkan Paling tidak bisa 500 bahkan 1.000 sekali ngirim. Kami konsolidasikan karena Jepang saat ini sangat membutuhkan tenaga terampil antara lain untuk bidang keperawatan," ucapnya.
Ia menyebut potensi Jawa Barat untuk tenaga terampil sangat besar termasuk di sektor manufaktur. Namun masih ada tantangan yang dimiliki Jabar, yakni bahasa dari tenaga dari Jabar, di mana Shizuoka meminta kemampuan bahasa Jepang dari tenaga-tenaga yang akan dikirimkan minimal level N3.
Sejauh ini, dia menjelaskan dari 8.000 pendaftar untuk kuota 200 orang, hanya sekitar 85 orang yang relarif kemampuan bahasanya sesuai standar level N3.
"Karenanya kami akan kerja sama dengan perguruan tinggi, dengan semua BLK dan pemerintah di 27 kabupaten kota guna mempersiapkan calon-calon tenaga kerja untuk memiliki keterampilan bahasa. Karena kalau yang lainnya sebetulnya bisa mengikut, tapi bahasa kan tidak bisa kita persiapkan satu atau dua bulan," ujarnya.
Untuk sektor kebencanaan, kerja sama ditingkatkan mengingat kondisi Shizuoka juga memiliki frekuensi bencana tinggi dan merupakan yang paling rentan di Jepang.
Sehingga, katanya, diharapkan dengan pengalaman yang dimiliki, serta teknologi yang dikuasai, ada transformasi kemampuan bagi Jawa Barat dalam menanggulangi bencana alam yang terjadi.